Deru langkah sepatu terdengar menggema di sepanjang lorong penjara yang suram. Cahaya redup dari lampu langit-langit memantulkan bayangan kelam di dinding beton. Di balik jeruji besi, Sisil duduk di ranjang tipisnya, tatapannya kosong menatap lantai yang dingin. Sudah bertahun-tahun ia berada di tempat ini, terjebak dalam waktu yang terasa tak bergerak. Namun, hari ini ada perasaan aneh yang mengusik hatinya. “Nomor 248!” suara berat seorang sipir terdengar menggema di blok sel perempuan. Sisil mengangkat wajahnya perlahan, dahinya berkerut bingung. “Iya?” suaranya parau, hampir tak terdengar. Sipir, seorang pria paruh baya dengan ekspresi tegas namun sedikit bersahabat, berdiri di depan jeruji. "Sisil Pranata, kamu akan dibebaskan hari ini." Seolah tak percaya dengan apa yang baru s