Keanu duduk di tepi ranjang, sementara Sisil berdiri dengan tangan menyilang di depan d**a, menatapnya dengan sorot tajam. Mata perempuan itu tampak berkaca-kaca, tapi bukan karena sedih. Marah, kesal, dan kecewa campur aduk menjadi satu. “Katakan, berapa kali kamu cium dia? Atau bahkan ... kalian udah tidur bareng?” tuduh Sisil, suaranya penuh penekanan. Keanu mendongak cepat. “Apa?! Ya ampun, Sayang, nggak! Aku nggak pernah tidur sama dia, sumpah!” ujarnya cepat, panik. Sisil menyipitkan mata. “Tapi kamu nggak langsung jawab soal ciuman. Jadi… memang kamu udah cium dia?” Keanu menarik napas dalam, lalu menggaruk kepala yang tidak gatal. “Ya... cium dikit sih. Tapi itu karena aku pikir dia kamu, Sayang. Wajahnya mirip banget! Bahkan caranya ngomong juga! Aku bener-bener nggak tahu kal