Halwa melirik kartu persegi yang terlipat di depannya. Sejak saat ia menerima kartu itu dari Hanira, Halwa kembali dibuat gundah. Pikiran untuk menerima saran dari Hanira terus berada di benaknya sementara di sisi lain, rasa takut juga menghampirinya. Pilihannya ada padanya. Halwa tahu itu. Resiko pun nanti ia yang akan menanggungnya. Namun bayangan patah hati membuatnya merasa enggan untuk maju. Tapi ia juga takut jika ia tidak bisa menerima penyesalan di kemudian hari. Halwa kemudian menghubungi Puri. Satu-satunya sahabat yang ia harapkan bisa memberikannya solusi atas polemik yang kini dihadapi. "Istilahnya, maju kena mundur kena, Wa. Apapun pilihan yang diambil, resikonya tetep ada. Tapi apa yang bos loe itu bener. Kenapa loe gak coba aja? Sekedar untuk menuntaskan rasa penasaran