BERJAM-jam lamanya Rhea habiskan untuk mempelajari dan mengerti berbagai rumus dari beberapa sumber buku. Padahal jam masih menunjukkan pukul dua siang, dan sekarang hari Minggu. Tetapi karena lomba, mau tak mau Rhea harus belajar.
Sebenarnya Fisika bukanlah pelajaran favorit baginya. Namun karena tingkat kesusahannyalah yang membuat Rhea semakin tertantang untuk mempelajarinya.
Di tengah kesibukannya mencakar, ponsel yang dia letakkan di atas meja bergetar. Dengan cepat Rhea membuka lockscreen, lalu menatap pesan yang masuk.
Keningnya berkerut samar sebab pengirim pesan tersebut adalah nomor asing. Karena pada dasarnya, hanya segelintir orang yang mengetahui nomor ponselnya.
081233640088 : .
081233640088 : Tes
Rhea : Siapa?
081233640088 : Kepo lo.
Rhea mencibir saat pesan yang berisikan dua kata itu masuk. Sepertinya dia tahu siapa sang pemilik nomor.
081233640088 : Oh, ceritanya diread doang? Berani lo?
Rhea : Ini udah bales kan.
081233640088 : Jadi gak? Ini hari Minggu.
Jari Rhea yang hendak mengetik terhenti. Dia membaca kalimat itu berulang-ulang. Lalu perlahan, dia mengetik sederet kata di sana.
Rhea : Iya, jadi. Tapi kan lo sama gue beda jurusan. Gimana gue mau ngajarin lo?
Beberapa menit tak ada balasan dari Laskar. Rhea menghela napas pelan lalu memutar-mutar pulpen sambil membaca soal di buku Fisika yang sempat dianggurinya.
Drttt
Dengan gerakan refleks Rhea menekan notif yang muncul.
081233640088 : Lo nanya gue? Pikirin sendiri.
Pipi gadis itu mengembung. Dia terdiam sejenak, berpikir solusi yang tepat tentang hal ini. Beberapa menit berpikir, Rhea memantapkan hatinya lalu mengetik balasan.
Rhea : Kalau gitu pembelajarannya dimulai minggu depan.
Rhea : Hari ini gue mesti beli buku.
081233640088 : Oke.
081233640088 : Jam berapa lo pergi belinya?
Sontak Rhea melirik jam dinding.
Rhea : Mungkin jam empat sore?
081233640088 : Sama siapa?
Rhea : Sendiri sih. Kenapa?
081233640088 : Gue jemput.
Mata Rhea melotot melihat itu.
Rhea : Jangan!
081233640088 : ?
Rhea : Gue bisa beli sendiri
081233640088 : Sayangnya mulai saat ini gue gak terima penolakan dari lo.
Rhea : Plisss... gue bisa sendiri
081233640088 : Kalo lo gak mau gue jemput elo di rumah, sebut tempat yang bisa lo datangi. Gue bakal jemput lo di sana.
Cewek itu menghela napas pelan. Kenapa Laskar keras kepala sekali untuk menjemputnya? Memang alasan Rhea tak ingin dijemput Laskar karena takut Renata melihatnya.
Tapi Rhea juga memiliki alasan lain. Mana mungkin dia jalan bersama cowok lain sedangkan dia memiliki pacar? Oke, sepertinya ini tidak begitu berpengaruh.
Memangnya dirinya dengan Laskar memiliki hubungan macam apa sehingga dia takut saat jalan bersama cowok itu? Sepertinya Rhea harus berhenti berpikir semakin jauh.
Rhea : Toko Flora di persimpangan jalan dekat komplek rumah gue. Entar gue share lokasinya.
081233640088 : Oke.
Tok tok
Tersentak, Rhea langsung menyembunyikan ponselnya di tumpukan buku yang berada di pojok meja belajarnya lalu mengambil posisi seperti sedang belajar.
Tak berselang lama, derit pintu terdengar. Renata menatap sang anak dengan senyuman tipis, lalu melangkah mendekat dengan sebuah nampan yang dia bawa.
“Rhea?”
Mendengar namanya dipanggil, Rhea menoleh. “Iya, Mah?”
Renata meletakkan nampan tersebut di atas nakas yang bersebelahan dengan meja belajar Rhea lalu mengelus lembut kepala gadis itu.
“Tadi waktu Mama lewat, Mama liat kamu lagi belajar. Jadi Mama bawain cemilan sama jus jeruk kesukaan kamu.” kata Renata membuat Rhea melirik isi nampan.
Dengan senyuman yang masih terulas, Rhea mengangguk. “Makasih ya, Mah.”
“Kalau kamu capek belajar, kamu bisa istirahat sejenak kok.” ungkapan Renata itu direspons Rhea dengan anggukan.
Teringat pesan Laskar tadi, perlahan Rhea menatap sang mama. “Mah, kalau sebentar sore Rhea keluar rumah gak pa-pa, kan?”
Rhea menatap Renata berharap. Karena kalau Renata tak mengijinkan, terpaksa rencananya untuk membeli buku akan ditunda.
Namun saat mendapati anggukan dengan senyuman dari Renata, Rhea langsung berdiri dari duduknya.
“Beneran, Mah? Sebentar Rhea boleh keluar?” tanyanya memastikan dengan sorot mata berbinar.
Renata terkekeh melihat bagaimana antusiasnya Rhea saat ini. “Iya, boleh kok. Tapi jangan pulang malem, ya. Ingat, Papa kamu pulang jam tujuh malam. Dan Papa gak akan suka liat anak gadisnya pulang lewat dari jam enam sore.”
Anggukan semangat langsung Rhea berikan, pertanda dia mengerti lalu memeluk Renata senang.
“Makasih, Mah.”
***
Sebenarnya Laskar berniat menjemputnya gak sih?
Sudah sepuluh menit Rhea menunggu di depan toko Flora, tempat yang dia janjikan. Namun cowok itu belum menampakkan dirinya sama sekali.
Rhea menarik napas dalam lalu menghembuskannya. Dia gugup karena akan bertemu Laskar, si bad boy sekolahnya yang dingin dan sarkas.
Sabar, Re. Janji mesti ditepati. Batinnya untuk menguatkan diri sendiri
Lagi-lagi Rhea melirik jam pada ponselnya lalu mengedarkan pandangannya. Di saat itu juga, dia bisa melihat seseorang yang baru saja turun dari motor ninjanya sedang membuka helm lalu meletakkannya di atas jok.
Sosok itu menyugar rambutnya sekilas, lalu berbalik dan melangkah mendekatinya. Karena jarak yang sedikit jauh, Rhea hanya dapat melihat pakaian apa yang dikenakan cowok itu.
Kaos abu-abu yang dipadukan dengan jaket hitam dan celana jeans yang berwarna senada dengan jaketnya. Tak lupa dengan sepatu kets berwarna putih yang menjadi alas kakinya.
Entah kenapa jantungnya berdegup lebih kencang dari sebelumnya dengan tubuh yang perlahan mematung saat Laskar berjalan semakin dekat sambil memasukan tangannya ke saku jaket.
Dan saat jarak Laskar tinggal satu meter darinya, Rhea dapat melihat betapa tampannya Laskar di hari, sore, jam, menit, dan detik ini.
Kini langkah Laskar terhenti di hadapannya. Cowok itu menatapnya datar, sedangkan Rhea membalasnya dengan pandangan kosong, walaupun pikirannya semakin berkecambuk saat melihat dalamnya tatapan itu.
Fix, Rhea bisa pingsan sekarang.