Jena pulang ke rumahnya dengan langkah lemasnya. Gadis itu sangat tak bersemangat sore ini. Ia bahkan tak tahu ke mana senyumannya itu menghilang. Benar- benar tak berbekas sama sekali, menghilang entah ke mana. Jena akhirnya mencapai pintu depan rumahnya dengan selamat. Ia akhirnya berhasil berjalan mencapai pintu itu tanpa terjatuh atau limbun sedikit pun. Meski harus dengan susah payah. Ketika gadis itu memasuki rumahnya, ia langsung buru- buru menaiki anak tangga dan bergegas menuju kamarnya. Jena segera merebahkan dirinya ke atas kasurnya dengan masih berseragam lengkap. "Hah!" desahnya dengan kesal. Ia menghembuskan napas kasarnya berulang kali dan lagi- lagi menghentak kakinya sendiri ke atas kasur. Jena menatap langit- langit kamarnya itu dengan tatapan nanar. Ia membayangkan