Lama setelah gairah itu mereda, mereka berdua masih telanjang, saling memeluk erat di ranjang. Zumena menyandarkan kepalanya di d**a Jafran, air mata kelelahan masih membasahi pipinya. Ia merasa hancur, tetapi di dalam kehancuran itu, ia menemukan kepastian yang baru.
"Aku tidak akan pernah menyesali pilihanmu, Sayang," bisik Jafran, suaranya kini lembut dan penuh janji. "Aku akan menyelesaikan perang ini. Nicholas tidak akan bisa menyentuh kita. Tuan Jason aman. Kamu adalah prioritasku."
"Aku tahu," Zumena membalas, ia mencium d**a Jafran. "Aku mencintaimu. Aku hanya ... aku butuh ini untuk membuang rasa sakit itu. Aku butuh kamu untuk membuatnya nyata. Terima kasih sudah tidak membiarkan aku sendiri."
"Aku mengerti," kata Jafran. "Aku akan selalu di sini untukmu, Ratu ku. Kamu sudah m
