Amarah Ara baru reda seiring dengan birahinya yang mencapai puncak. Perempuan yang perutnya mulai terlihat sedikit menggembung itu mendongak lega merasakan sisa kenikmatan yang baru saja dilaluinya, lalu menunduk tersenyum pada Hugo yang juga menatapnya dengan nafas terengah-engah. “Heum, kamu juga sudah keluar ‘kan, Sayang?” ucapnya dengan sisa nafasnya yang tersengal, keringat membanjiri tubuhnya. Hugo tersenyum sambil tangannya terulur meraih buah kenyal yang tampaknya semakin ranum semenjak Ara positif hamil. “Kamu memang selalu memuaskan aku, Sayang!” ucapnya yang tentu saja membuat dagu Ara terangkat tinggi mendengarnya. Ara tersenyum dengan pongahnya. “Kalau nggak begitu, mana mungkin sekarang kamu jadi suamiku, Hugo Sayang!” katanya sambil menunduk mencium bibir Hugo dan mengg