“Aku minta maaf, Yah.” Suara lirih Rayyan yang memecah keheningan malam, sontak membuat tuan Malik mengangkat pandangan. Jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari dan semua orang sedang beristirahat saat ini. Termasuk Zira dan Dirga yang sempat dia cek tadi sedang dirinya tak kunjung bisa terlelap setelah semua yang terjadi. Diia pikir Rayyan sudah pulang setelah dia usir tapi ternyata, putra sulungnya itu masih ada di sini. “Duduklah,” ucap tuan Malik sembari menepuk kursi di sampingnya. Koridor rumah sakit yang begitu sepi, menjadi saksi jika dia sudah mau menerima Rayyan kembali. “Aku mengaku salah. Aku memang penjahat yang pantas diberi hukuman. Namun, bolehkah aku meminta kesempatan untuk menjelaskan beberapa hal karena cerita yang Dirga ataupun Ayah dengar tidak semuanya benar?” Ray

