Aku Milikmu

1826 Kata

Zira menggeliat pelan. Sakit di beberapa bagian tubuhnya sudah tak begitu terasa. Hanya seperti kebas biasa dan hari ini dia sudah bisa beraktivitas seperti biasa. Rupanya, se manjur itu obat yang diberikan Rayyan semalam. “Rayyan?” Menyadari jika tubuh besar itu tak lagi memeluknya, pun berada dalam jangkauan saat tangannya meraba kasur di dekatnya, cepat-cepat Hazira membuka kelopak matanya yang terasa pekat. Saking lamanya dia menangis sampai sudut matanya pun masih terasa panas. “ke mana mas Rayyan?” lirihnya pelan kemudian bangkit dari posisinya. Sempat merapikan kimono baju tidurnya yang sudah melorot sampai pinggang, hingga keberadaan Rayyan yang bersujud di atas sajadahnya pun, jelas membuatnya terenyak luar biasa. Ternyata, pria itu masih memegang teguh agamanya dan menjalankan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN