Mirza merasa sangat heran sebab Gita bertingkah sedikit lain dari biasanya. Di mana perempuan itu lebih banyak berdiam seperti ada sesuatu yang tengah mengharu biru pikirannya. Sedari tadi Mirza berbicara, mengoceh banyak hal hingga mengajukan beberapa pertanyaan. Namun Gita hanya menjawab seadanya. Sangat jelas sekali pikiran perempuan itu sedang tidak berada di sana. “Gita, kamu kenapa sih? Dari tadi aku perhatikan kamu banyak berdiam. Apa yang sedang kamu pikirkan?” tembak Mirza to the point. Gita sedikit terperanjat. “Uhm ... bukan apa-apa, Za. Aku hanya kangen Ibu dan Bi Nur,” sahutnya berdalih. Mirza mengembangkan senyum. Mengulurkan tangan untuk mengusap puncak kepala Gita. “Nanti kita kunjungi mereka,” kata Mirza dengan suara dan tatapan yang begitu teduh. Gita mengangguk denga