Sesuap mie goreng yang masuk ke dalam mulut Lian, menjadi sebuah asa untuk Vanya dapat memikat hati Lian melalui lidahnya. Vanya berharap Lian menyukai masakan perdananya, walau sesimpel mie goreng spesial yang bumbunya susah payah ia racik sendiri. Ada banyak toping yang menggugah selera di mata sesiapa yang melihat. Tetapi soal rasa? Lidah tidak bisa berbohong dan terkadang ekspresi pun turut menjadi pelengkapnya. Seperti Lian barusan yang menunjukkan senyum anehnya. Vanya menyebutnya ‘senyum aneh’ karena senyum Lian kali ini berbeda. Seperti menyelipkan perasaan lain yang tak sepenuhnya tulus tersenyum. Hal tersebut membuat Vanya curiga, lalu mengicipi mie goreng buatannya. Tak ada yang aneh. Enak! Seperti katanya ‘layak dikonsumsi’. Vanya bertanya pada pria di hadapannya itu. Dan,