Setelah terdiam beberapa detik, tiba-tiba saja Kenzio tergelak kencang. Ia tertawa sampai sudut-sudut matanya basah. Perutnya terguncang karena rasa geli yang menggelitik hatinya. Lucy menatap bingung. Kenapa respon Kenzio justru tidak sesuai harapannya? Bukankah seharusnya laki-laki itu senang senang ia–Lucy Hayley–wanita yang sangat ia cintai sedang hamil dan mampu memberikannya keturunan meskipun bukan dari benihnya. Bukankah itu jauh lebih baik daripada mengadopsi anak yang tidak jelas asal usulnya atau bukan benar-benar darah daging mereka. Setidaknya, meskipun darah Kenzio tidak mengalir di dalam tubuh sang anak, tapi masih ada darahnya dan di sana. Jadi anak itu tak serta-merta orang asing. "Kenz, kau setuju 'kan?" Lucy tersenyum semanis mungkin. Ia yakin, setelah ini Kenzio akan