Minggu pagi, Kaluna terbangun karna suara berisik yang disebabkan abang-abang penjual sayur, beserta kelompok ibu-ibu yang akan cuci mata pada anak lajang yang olahraga di depan taman perkomplesan rumahnya. Melengguh sambil merilekskan tubuhnya, Kaluna terlonjak kaget, saat merasakan beban pada perutnya. Jantungnya sudah berdegub tuing-tuing, karena takut. Tadi malam ia memutuskan untuk tidur di kamar abangnya Kevin, jadi tidak mungkin tangan yang parkir di atas perutnya adalah tangan Kemal, adiknya. Begitu juga dengan tangan Kevin dan papanya, karna semalam sore, mereka sudah berangkat ke Jogja. Jadi tangan siapa? Tubuhnya kini sudah membeku. Ia bisa merasakan deruan nafas pelan dari belakang tengkunya. Kaluna berbalik perlahan, berusaha tidak membangunkan orang tersebut, untuk melihat