“Aku dimana?” Kaluna menatap sekelilingnya, berusaha mencari seseorang yang mengerti keadaanya. Tapi nihil, tidak ada siapapun di ruangan ini. Kaluna memperhatikan tatanan perabotan yang ia yakini adalah kamar. Dari betukannya, sepertinya ini adalah kamar laki-laki, apalagi melihat banyaknya poster penyanyi rock dan sebuah alat musik drum yang berada di ujung ruangan. Kaluna berusaha bangkit untuk duduk. Matanya melirik ke sampingnya, ke arah jendela kaca besar, yang masih belum di tutup gorden. Udah malam ternyata, batin Kaluna. Pintu dari arah sebelahnya terbuka, menampilkan wajah Afka yang tampak baru saja selesai mandi. Kaluna menelan salivanya pelan. Berusaha untuk tidak terpesona dengan Afka yang tampak santai me-lap rambutnya menggunakan handuk kecil. “Kamu udah bangun