Orang asing

1850 Kata
“Ke Disneyland ?” Tanyaku “Iya.” Aku baru sadar kalau aku terbawa suasana, aku berubah pikiran dan berusaha menolak ajakan Ryu. Aku tidak mau jalan – jalan dengan orang asing walaupun Ryu sangat tampan dan Friendly, aku harus tetap waspada terhadap orang asing. “Maaf, kita baru kenal. Aku gak mau pergi sama orang asing.” Kataku. “Oh, oke. Gak masalah kok. Kita bisa jalan – jalan di daerah sekitar sini aja.” Ryu kembali meyakinkanku agar aku mau pergi dengannya. “Maaf banget. Aku gak bisa.” Aku langsung pergi meninggalkan laki – laki itu sendirian. Aku berjalan seraya menoleh ke belakang sesekali untuk memastikan agar Ryu tidak mengikutiku. Tak lama kemudian telfonku berbunyi, Chris menelfonku. Aku terpaksa mengangkat telfonnya. “Michelle, kamu dimana sih ?” Tanya Chris. “Bukan urusan kamu, kamu urus aja si Kiara itu.” Jawabku dengan nada kesal. “Aku bisa jelasin semuanya. Kamu sabar dulu dong.” Kata Chris. “Please, kamu baru pertama kali ke Jepang. Aku gak mau kamu kenapa – kenapa.” Lanjutnya. “Udahlah, aku bisa kok jaga diri sendiri. Kamu diam aja deh.” Kataku. “Michelle, dengerin aku sebentar aja.” Pinta Chris. “Apa ?” “Aku ada di depan hotel KK.” Jawabku. “Oke, aku kesana sekarang.” Chris langsung menutup telfon. Aku memutuskan untuk balik ke hotel tempatku menginap dan menunggu Chris untuk datang. Aku merebahkan badanku di tempat tidur dan mendengarkan musik untuk menenangkan pikiran. Tidak lama kemudian seseorang mengetuk pintu kamarku. Tok.. Tokk Aku membuka pintu dan Chris sudah berdiri dengan wajah yang sangat cemas. Chris langsung memelukku tapi aku langsung mendorongnya. Chris masuk kekamarku dan mengkunci pintu kamarku. Lalu Chris memelukku lagi, kali ini aku tidak bisa mendorongnya karena tenanga Chris sangat kuat dan aku tidak bisa melawannya. “Kamu kenapa sih nekat banget ?” Tanya Chris. “Aku males kalau Kiara mengusik hidupku terus.” Jawabku sambil duduk di sofa. “Aku ngerti.” “Kamu gak ngerti. Kamu ngechat dia, ngabarin dia terus. Katanya kamu gak mau berhubungan dengan dia lagi tapi apa ? kamu chat dia lagi.” Murkaku. “Oke aku minta maaf. Tapi kamu gak bisa dong buat ngekang aku, kita aja gak ada hubungan apa – apa.” Chris duduk di sampingku. “Aku gak ngekang kamu, tapi aku gak suka sama Kiara.” “Iya. Aku minta maaf.” “Udah, kamu pulang aja sana.” Usirku. “Gak.” Kata Chris singkat. Aku mendorong Chris untuk keluar dari kamarku tapi hasilnya nihil. Chris malah memelukku dan mencium bibirku. Aku terlena dengan pesonanya, aku mencium Chris balik. Chris mendorongku ke tempat tidur. Ia menindihku sekarang. "Kamu kenapa sih harus kayak gini ?" Protes Chris. "Kayak gini gimana ?" "Jujur aku bingung sama kamu. Kamu gak mau berhubungan serius dengan aku, tapi kamu cemburu kalau aku sama Kiara. Kamu maunya apa sih ?" Tanya Chris. Aku mendorong Chris dan duduk di tempat tidur seraya memikirkan pertanyaan yang ia lontarkan kepadaku. Aku pun juga gak ngerti dengan perasaan dan pikiranku. Aku pun juga gak tau mau aku apa. "Aku gak tau Chris. Aku gak tau." Aku mengacak - acak rambutku. "Aku juga bingung sama diriku sendiri. Bukan kamu doang yang pusing sama aku, aku pun juga pusing sama diri sendiri." Lanjutku. Chris memelukku dan mengusap - usap kepalaku. Lalu ia mencium keningku. "Aku minta maaf ya." Ucap Chris. "Aku juga minta maaf. Tapi aku mau sendirian dulu." "Sendirian gimana maksudnya ?" Chris bingung. "Aku mau mikirin mau aku, mikirin gimana maksud dari pikiran aku dan tujuan aku." Aku beranjak dari tempat tidur dan segera memakai jaket karena udara di luar lumayan dingin. Aku masih tidak mau bicara dengan Chris. Permasalahan tentang Kiara sangat berat untuk aku lupakan begitu saja. Aku lebih baik menenangakn diriku dulu. “Mau kemana kamu ?” Tanya Chris. “Aku mau keluar.” Jawabku sambil membuka pintu. “Eh, tunggu.” Chris mengejarku. “Kenapa lagi ?” Aku berhenti berjalan dan menatap Chris. “Kamu kenapa sih astaga.” Keluh Chris. “Aku gak kenapa – kenapa kok.” Jawabku. “Stop, stop ngomong gak kenapa – kenapa.” “Terus kamu mau aku jawab gimana lagi ?” “Aku tau kamu kesel karena Kiara tapi please jangan gara – gara dia hubungan kita jadi gak karuan kayak gini.” Ucap Chris. Aku diam dan menyandarkan badanku ke dinding. Chris mendekatiku dan menatap mataku. “Michelle, maafin aku.” Chris memegang daguku. “Entahlah. Gimana kalau kita pulang aja.” Ajakku. “Pulang kemana ?” “Ke New York.” Jawabku. “Kita baru aja sampai 2 hari lalu.” “Aku tau Chris, aku tau.” “Oke besok kita pulang ke New York asalkan kamu bisa maafin aku.” Aku mengangguk dan balik ke kamarku. --- Malamnya aku pergi ke mini market dekat hotel bersama Chris. Sebenarmya aku tidak mau pergi dengannya, tetapi ia terus mengikutiku kemanapun aku pergi. Ketika aku memilih – milih roti, seseorang menyapaku dan memegang bahuku. “Hai Michelle.” Ryu tersenyum. “Hai Ryu. Kamu kok bisa disini ?” Tanyaku penasaran. “Aku lagi beli makanan nih, besok aku pulang ke New York.” Jawabnya sambil menunjukkan barang belanjaan di troli. “Siapa Michelle ?” Tanya Chris yang menghampiriku. “Temanku.” Jawabku. “Ryu.” Ryu tersenyum. “Chris.” Chris membalas senyuman Ryu dengan seadanya. “Besok aku juga pulang ke New York.” Kataku. “Oh ya ? sama dong.” “Bisa dong kapan – kapan kita ketemu pas udah sampai di New York.” Lanjut Ryu. “Bisa banget lah.” Balasku. “Aku boleh minta nomor hp kamu ?” Tanya Ryu sambil memegang hpnya. “Boleh.” Aku mengetik nomorku di hpnya. “Udah kan ? Yok Michelle.” Chris menggandeng tanganku. “Bye Ryu.” “Bye.” Aku dan Chris membayar belanjaan kami. Wajah Chris sangat menunjukkan kekesalannya. “Kamu tu bisa gak sih gak bikin pusing orang sehari aja ?” Keluh Chris. “Maksud kamu apa ?” Tanyaku. “Tadi, kamu tukeran nomor telfon dengan cowok lain di depanku.” Protes Chris. “Itu kan teman aku.” “Jelas – jelas dia tertarik sama kamu.” Ucap Chris. “Jangan sok tau kamu.” Aku mengambil barang belanjaanku dan berjalan ke luar dari mini market. “Kamu kan udah dewasa, pasti kamu taulah orang yang suka sama kamu itu kayak gimana.” Omel Chris. “Chris, stop ya.” “Kamu juga masih berhubungan sama Kiara, masa aku gak boleh punya teman cowok.” Tambahku. “Aku bukannya ngelarang kamu berteman dengan cowok, tapi cowok itu niat ngedeketin kamu.” Chris memegang bahuku dan memberhentikan jalanku. “Apa ?” “Aku mohon sama kamu stop nyakitin hati aku.” Ucap Chris. “Nyakitin kamu ? what ?” “Udah ya berdebatnya, aku capek banget Chris.” Aku lanjut berjalan. Sesampainya di kamar hotel, aku membaringkan tubuhku. Sedangkan Chris duduk di sofa sambil melihatku. Perasaanku tidak karuan sekarang, aku merasa tidak enak tapi aku juga kesal mendengar omongan Chris yang menyalahkanku. Mungkin aku juga salah karena sudah egois, seharusnya aku tidak marah ketika aku mengetahui bahwa Chris masih berhubungan dengan Kiara. Aku memilih untuk tidur dan beristirahat hingga pagi tiba. Paginya aku terbangun dan melihat Chris yang tertidur di sofa. Aku merasa kasian dengannya dan memutuskan untuk membangunkannya. Tapi ketika aku hendak membangunkannya, aku melihat notifikasi chat dari Kiara di hp Chris. ‘Sayang, kamu dimana sih ? kamu bisa jemput aku di hotel sakura ?’ tulis Kiara. Hotel Sakura adalah hotel dimana kami menginap dihari pertama kami sampai di Jepang.Lalu Kiara mengirim foto dirinya hanya mengenakan bra saja. Aku membuka hp Chris dan melihat isi chat mereka. Mereka sangat mesra. Kiara memanggil Chris dengan kata – kata sayang. Walaupun Chris menanggapi chat Kiara biasa saja, tapi aku merasa cemburu. Chris terbangun dari tidurnya dan melihatku yang sedang mengecheck hpnya. Ia langsung beranjak dan mengambil hpnya. “Kamu ngapain meriksa hp aku ?” Tanya Chris. “Aku ngeliat Kiara chat kamu dan ngirim foto seksinya.” Jawabku. Chris langsung melihat isi pesan yang aku maksud. Aku duduk dan menghela nafas. “Terus Kiara ternyata nginep di hotel sakura tempat kita nginep di hari pertama.” Kataku. “Iya, itu terpaksa soalnya dia maksa.” Balas Chris. “Kenapa sih kamu selalu nurutin apa kata dia ?” Tanyaku dengan nada tinggi. “Karena aku kasian sama dia, itu doang.” Jawab Chris sambil memegang tanganku. “Aku ngerti kamu kesal sama dia, sama aku juga. Tapi kamu gak boleh dong marah kayak gini.” Lanjut Chris. “Gak bisa marah ? Kamu jelas – jelas ngomong kalau kamu cinta sama aku tapi kamu malah kasian sama dia ? gak bisa nolak permintaan dia.” Kataku. “Maaf Michelle.” Ucap Chris. “Aku mau pergi, aku mau pulang.” Kataku. “Aku belum beli tiketnya, gimana kalau besok ?” “Aku udah beli untuk aku sendiri. Silahkan nikmatin liburan kamu sama Kiara.” Aku mengemas barang – barangku. “Tunggu, kamu jangan sendirian pulangnya.” Chris memegang lenganku. “Lepasin.” Aku melepas pegangan tangan Chris. “Rencana awalnya kan kita liburan berdua.” Ucap Chris. “Iya, tapi Kiara ngancurin semuanya. Termasuk kamu yang udah bikin hancur.” Aku meninggalkan sendiri dan pergi menuju bandara. Aku pulang ke New York. --- Beberapa hari kemudian Aku masih mengingat kejadian di Jepang. Sudah beberapa hari aku tidak betemu dengan Chris walaupun ia mengirimkan chat kepadaku setiap hari, aku tetap tidak membalas pesan – pesannya. Aku menjalankan hari – hariku seperti biasa. Aku juga menghindar dari Michael. Aku sedang ingin menikmati hidup tanpa mereka berdua. Aku juga mencoba untuk mengembalikan mobil pemberian Chris, tetapi ia terus menolaknya dengan cara mengirimkan mobil itu kembali ke rumahku. Aku dikejutkan dengan Ryu yang baru saja mengirimkan aku chat. Ia menanyakan keberadaanku dan ingin bertemu denganku. Aku ingin menolaknya, tetapi aku merasa sepi dan membutuhkan teman. Malamnya aku bertemu dengan Ryu disalah satu bar yang terletak tidak jauh dari rumahku.. Aku mengenakan pakaian casual, kaos hitam bermotif bunga dan celana jeans serta sepatu. Ketika aku sampai di bar, aku melihat Ryu yang melambaikan tangannya kepadaku. Lalu aku langsung duduk di hadapannya. Ryu tampak senang bertemu denganku, dibuktikan dengan senyum lebar di wajahnya. “Hai Ryu.” Sapaku. “Hai Michelle. Apa kabar ?” Tanya Ryu kepadaku. “Baik kok. Kamu gimana kabarnya ?” “Aku juga baik kok, tapi emang aku lagi pusing aja sih.” Jawabnya. “Pusing kenapa ?” “Biasalah soal kerja. Kamu kenapa kok kemarin cepet banget di Jepangnya ?” Tanya Ryu penasaran. “Gak apa – apa, aku ada urusan disini.” Jawabku. “Aku mau tequila aja.” “Oke, aku juga sama deh. Yaudah, aku pesan dulu ya.” Beberapa saat setelah Ryu memesan minuman, ia duduk kembali di kursinya. "Aku mau bilang sesuatu deh sama kamu." Katanya. "Bilang apa ?" Tanyaku seraya tersenyum. "Kamu cantik banget." Ryu tersenyum manis.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN