Michael tiba – tiba menghampiriku, lalu ia memegang bahuku namun aku menepis tangannya.
“Aku mau pulang duluan.” Kataku. Lalu aku pergi meninggalkan Michael sendirian.
“Tunggu.” Michael mengejarku.
“Kok kamu udah mau pulang aja sih ?” Tanya Michael.
“Aku gak nyaman ada disini.” Jawabku.
“Loh, kenapa ?”
“Sudahlah. Gak usah ngomong lagi.” Aku berjalan meninggalkan gedung golf dan pulang sendiri menggunakan taksi.
Sebelum aku pulang kerumah, aku memutuskan untuk pergi ke supermarket untuk membeli makanan dan peralatan mandi. Aku berjalan mengelilingi area supermarket di bagian sayuran. Walaupun supermarket cukup ramai hari ini tapi aku tetap nyaman berbelanja.
Namun seorang wanita berjalan mendekatiku dan menyapaku. Aku tidak mengenal wanita ini tapi wajahnya tampak tidak asing.
“Hai Michelle. ” Sapa perempuan itu.
“Siapa ya ?” Tanyaku.
“Gue lina.” Jawabnya sambil tersenyum licik.
“Oh, ada urusan apa ya ?” tanyaku sambil melihat – lihat sayuran. Aku tidak sudi untuk melihat wajahnya perempuan ini.
“Kamu yang lagi deket dengan Chris kan ?”
“Apa urusannya sama lu ? Mending lu pergi dari hadapan gue sekarang.”
“Gini ya, Lu harus jauh – jauh dari Chris, karena gue hamil anak Chris.” Kata Lina. Perkataannya membuatku terkejut bukan main. Tidak mungkin Chris melakukan hal seperti itu. Dan suatu hal yang mustahil jika wanita itu mengandung anak dari Chris.
“Gak usah ngaku – ngaku deh lu. Gue yakin lu cuma cewek gak modal yang bisanya cuma ngerepotin orang aja.” Kataku.
“Eh, jaga omongan lu ya. Ini anak Chris dan dia harus bertanggung jawab.”
“Mending lu ke kantornya sekalian, ngapain ngadu – ngadu ke gue. Sana lu pergi. Dasar cewek ganjen.” Aku pergi meninggalkan wanita itu namun ia berjalan dan berhenti persis didepanku.
“Sialan lu ya.” Lina tiba – tiba menonjok wajahku hingga aku terjatuh. Semua orang yang berada disekitar kami langsung mendatangi dan menonton kami.
Aku berdiri tegak dan menonjokknya balik. Aku menjambak rambutnya dengan sangat keras hingga ia berteriak. Lalu aku mendorongnya dan mengakibatkan ia jatuh di keranjang buah.
“Berhenti.” Teriak security yang langsung memisahkan kami.
Dua orang security berhasil memisahkan kami berdua yang sedang berseteru. Rambut dan pakaianku berantakan akibat perkelahian kami. Aku langsung pergi dan pulang ke rumah. Aku sangat emosi melihat perempuan tadi. Aku tidak habis pikir ada orang yang tidak mengenalku tapi bisa menyerangku tanpa alasan yang jelas.
Aku harus menanyakan Chris tentang masalah ini. Aku yakin Lina mempunyai perasaan kepada Chris sampai menyerangku seperti tadi. Akibat perkelahian tadi, wajahku lebam dan menimbulkan rasa nyeri.
Saat aku hendak memanggil taksi, Chris menelfonku.
“Halo. Kamu dimana ?” Tanya Chris.
“Aku ada di Supermarket. Bisa jemput aku sekarang gak ?”
“Bisa kok. Tunggu sebentar ya. 10 menit lagi aku sampai.” Kata Chris. lalu ia menutup telfonnya.
Aku duduk di sebuah café sambil menunggu Chris untuk datang menjemputku. Beberapa orang melihat wajahku karena terdapat lebam yang cukup besar. Walaupun aku sudah menutupi wajahku dengan masker, tetapi beberapa orang mempunyai penglihatan yang tajam.
Emosi dan rasa sakit di wajahku tidak dapat hilang walaupun aku meminum es coklat yang rasanya sangat enak ini. Aku merebahkan kepalaku di sofa yang aku duduki sambil melihat jam tanganku. Aku tidak sabar untuk pulang dan beristirahat.
“Michelle.” Panggil Chris. Kemudian ia duduk di sampingku. Ia melihatku dengan kebingungan.
“Kok kamu pake masker ?” Tanya Chris penuh dengan rasa penasaran.
Aku membuka masker yang aku kenakan. Terlihat lebam yang cukup besar di wajahku. Chris langsung cemas melihat kondisi wajahku. Ia mendekatiku dan memperhatikan lebamku lebih teliti lagi.
“Kamu abis berantem ?”
“Iya. Ada cewek yang ngaku hamil anak kamu nyerang aku dan nonjok muka aku.” Jawabku.
“Ha ? apa – apaan. Siapa nama cewek itu ? biar aku beresin dia.” Kata Chris dengan penuh amarah.
“Lina kalau gak salah.”
“Yaudah ayo ke rumah sakit.” Ajak Chris.
“Gak usah ke rumah sakit lah. Ke rumah kamu aja.” Kataku.
“Yaudah, ayo.” Chris menggandeng tanganku hingga kami sampai ke parkir mobil.
Sesampainya di rumah Chris, wajah lebamku langsung diobati oleh Chris dengan perlengkapan yang ada di rumahnya. Aku bersandar di sofa dan ia dengan sangat hati – hati mengobati luka di wajahku.
“Aw.” Aku meringis kesakitan.
“Maaf. Tahan ya.” Chris lanjut mengobati wajahku.
“Selesai.”
“Makasih ya.” Kataku.
“Iya, sama – sama.”
“Aku mau tidur boleh gak ?” Tanyaku kepada Chris.
“Boleh banget lah. Ayo ke kamar.” Chris mengantarkan aku ke kamarnya.
Aku merebahkan badanku di tempat tidur Chris yang sangat nyaman. Chris berbaring di sampingku. Aku memeluknya erat. Aku sangat ingin berpelukan dengannya saat ini. Dengan pelukan yang Chris berikan aku merasa sangat nyaman dan terasa sangat terlindungi. Emosiku juga karena kehangatan yang Chris berikan.
“Kamu tenang aja. Cewek itu akan aku beresin secepatnya.”
“Aku gak terima kamu di tonjok kayak gini sama dia.” Lanjut Chris.
“Kamu kenal gak sama dia ?” Tanyaku.
“Enggak. Gak sama sekali. Aku heran banget kok ada cewek yang ngaku – ngaku hamil anak aku. sinting banget.” Jawab Chris.
“Hmm. Mungkin karena kamu ganteng, kaya, dan terkenal juga makanya banyak yang suka.” Kataku.
“Iya ya, bisa jadi. Buktinya kamu tergila – gila sama aku.” Chris mendekatiku dan mencium bibirku namun wajahnya mengenai lebam di wajahku.
“Aw.”
“Sorry. Hahaha.”
Beberapa menit kemudian aku dan Chris tertidur. Sampai esok harinya, kami terbangun. Aku berjalan menuju dapur dan melihat Chris yang sedang memasak sarapan untuk kami berdua. Aku duduk di sofa dan menonton ia yang sedang memasak.
“Kamu masak apa ?” Tanyaku.
“Aku masak bacon and egg buat kita.” Jawab Chris. wajahnya sangat serius ketika ia memasak.
“Makasih ya Chris udah mau peduli sama aku.” Kataku.
“Gak perlu terima kasih gitu ah. Kita kan sama – sama peduli.” Chris tersenyum padaku.
Aku berjalan mendekati Chris yang sedang memasak. Aku memeluknya dari belakang dan mencium punggunggnya. Aku tidak mau melepaskan pelukannya.
“Jangan dipeluk doang dong, tapi dicium juga.” Kata Chris.
“Sini aku cium.”
Chris membalikkan badannya dan menghadapku. Kami saling bertatapan, kemudian ia menciumku dengan sangat lembut. Aku merindukan ciumannya. Chris sukses membuatku kecanduan padanya.
“Muka kamu masih sakit gak ?” Chris memegang wajahku.
“Udah berkurang kok, berkat kamu.” Jawabku sambil tersenyum.
“Syukur deh. Ayo kita makan.”
Aku dan Chris makan bersama. Aku sangat senang bisa menghabiskan waktu bersamanya. Chris tidak pernah membuatku bingung dan pusing. Tidak seperti Michael yang sudah memecatku lalu memaksaku untuk menemaninya bermain golf.
Semenjak aku bertemu Michael di lapangan golf kemarin, aku sangat malas untuk membalas pesan yang ia kirimkan padaku kemarin. Aku tidak suka dengan sikapnya yang tidak professional dan membingungkan itu.
“Gimana enak gak masakan aku ?” Tanya Chris.
“Enak banget. Besok aku bakal masakin kamu masakan yang enak.” Kataku.
“Serius kamu ?”
“Iya aku serius.” Jawabku.
“Jadi gak sabar deh.”
Seusai kami sarapan pagi, aku dan chris berjalan – jalan ke kebun binatang. Aku sudah tidak ingat kapan terakhir aku berkunjung ke kebun binatang. Aku sangat suka dengan binatang dan tingkah lucu yang mereka miliki.
“Gajahnya lucu ya.” Kataku sambil menunjuk ke arah gajah yang sedang makan.
“Kalau kamu bisa milih, kamu mau jadi binatang apa ?” Tanya Chris.
“Aku mau jadi kucing.” Jawabku.
“Loh kenapa kucing ?”
“Soalnya kalau jadi kucing bisa tidur seharian terus tinggal dikasih makan aja.” Jawabku.
“Dasar pemalas.” Chris mencubit pipiku.
“Hahaha. Kalau kamu ?”
“Aku mau jadi singa.” Jawab Chris.
“Kenapa singa ?”
“Karena aku pingin jadi raja hutan.”
“Oh, hahaha.”
Chris memelukku dari belakang, Ia menyandarkan kepalanya di bahuku.
“Kita harus sering jalan – jalan berdua.”
“Aku seneng banget kalau aku bisa berduaan sama kamu setiap hari.” Kata Chris.
“Iya, aku juga bahagia banget.” Kataku.
Kami lanjut melihat binatang lain seperti orang utan, panda, dan harimau dengan ditemani es krim coklat. Untung saja aku memakai pakaian yang sangat tipis karena cuaca yang sangat panas.
Lalu aku dan Chris duduk di sebuah bangku, Chris mencium bibirku dan kami berpelukan layaknya sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara.
“Gimana kalau kita liburan bareng ?” Ajak Chris.
“Liburan ?”
“Iya liburan. Ke paris mau gak ? Tanya Chris.
“Serius kamu mau ngajak aku paris ?”
“Iya, aku serius. Aku pengen punya waktu berdua sama kamu.” Jawab Chris seraya mengusap kepalaku.
“Sama, aku juga pengen banget liburan berdua sama kamu.”
“Kira – kira kita jalan – jalan kemana lagi ya besok ?” Tanya Chris.
“Hmm. Terserah kamu, asalkan berdua sama kamu kemana aja pasti aku seneng.” Jawabku.