Embun menetes begitu saja membasahi kedua pipi Gita. Tenggorokannya terasa kering, membuatnya kesulitan menelan ludah. Ia beranjak dari kursi roda. Dengan cekatan Lexi membantu, meraih tangan itu lalu menjadikan tangannya sebagai tumpuan Gita. Gita meraih bayi kecil yang udah merem nggak gerak dengan balutan kain putih. Membawanya kedalam gendongan, mendaratkan kecupan dipipi kecil yang benar-benar dingin. “Gian sayang,” panggilnya lirih dan terdengar serak. Sama sekali ia tak mempedulikan air mata yang menetes tak terbendung. “Hiks ....” dia merem dalam, merasakan dadaa yang teramat nyeri. “Kenapa kamu nggak kasih kesempatan ke mama, hiks ... bahkan ... hiks ... mama baru bisa kasih kamu asi sekali.” Gita menarik nafas dalam, mengusap ingus yang membuatnya tak bisa bernafas. “Maafin m