“Put! Putri!” Teriakan Iklan membuat Putri terlonjak. Segera ia memasukkan set perhiasan yang sejak tadi ia pandang dengan penuh kekaguman kedalam kotak kayu yang ia gunakan menyimpan beberapa perhiasan. Buru-buru ia memasukkannya ke laci lemari paling bawah. Ceklek! Pintu kamar terbuka, memperlihatkan Iklan dengan wajah marah. Berkacak pinggang, menatap nyalang kearah Putri yang beranjak dengan kening berlipat. “Mau sembunyi? Iya?” ucapnya kasar. “Engg—“ “Coba aja kamu sembunyi didalam lemari. Yang ada lemarinya bakalan ambruk karna kelebihan muatan.” Kesalnya, memotong kata-kata Putri. Kening Putri tambah berlipat, ia nggak ngerti apa yang membuat Iklan jadi marah. Masa’ hanya karna ia nggak angkat telpon, lalu marah? Kan nggak logis banget. “Mas, kamu tadi abis lompat selokan y