Lyli memeluk anaknya cukup erat, mencium kening dan kedua pipi Lexi dengan begitu gemas. Lalu mengelus puncak kepala yang berjambul itu.
“Lex, kenapa nggak kuliah disini aja? Gimana kalo mommy nanti kangen?” sedikit manyun, mengelus lengan anaknya yang benar-benar telah tumbuh dewasa.
“Kangen ngapain? Aku kan boboknya udah nggak pernah minta dikelonin.”
“Ckk,” reflek, tangan Lyli mendarat dibahu anaknya. “Mulutnya mas Vado kok bisa sih nempel disitu, heran deh!”
Vado tertawa kecil mendengar ocehan Lyli. Tapi nggak terlalu peduliin itu, dia menepuk bahu Lexi, sedikit mengelusnya. “Jaga diri. Daddy tau, kamu pasti bisa hidup mandiri, tapi … daddy minta, jaga nafsuu. Masa depan kamu, itu lebih penting.”
Lyli memberi anggukan. “Iya, Lex. Mommy nggak akan larang-larang kamu pacaran atau be
