Part 11

1237 Kata
Hari kembali berlalu seperti biasa. Giska sedang berada di kantin kampus bersama teman-teman sekelasnya. Menikmati mie berkuah pedas sambil berbincang tentang bahan ujian yang mungkin akan muncul minggu depan tepat saat Kiki dan Raia berjalan mendekat. Jika dalam penampilan Kiki berada di urutan pertama, Raia di urutan kedua dan Giska di urutan ketiga. Dalam urutan pertemanan, Giska berada di urutan pertama, setelah itu Raia dan barulah Kiki. Giska memang terlihat jutek pada awalnya, karena dia orang yang bisa dikatakan cukup pemilih dalam berteman. Namun setelah berteman, dia menjadi orang yang ramah dan juga bisa diandalkan. Sementara Raia dan Kiki, mereka terlihat seperti orang yang mudah bergaul dan tampak ramah di awal, namun jika tidak cocok, mereka perlahan menjaga jarak hingga memutuskan untuk tidak berteman sama sekali. Raia masih lebih baik jika dibandingkan dengan Kiki, karena diluar lingkaran persahabatan mereka, gadis itu masih memiliki beberapa teman dekat yan bisa dia ajak berbincang atau keluarg bersama. Sementara Kiki, selain selain Raia dan Giska, Kiki tidak punya teman lain. Entah itu di sekolah, di kampus ataupun lingkungan tempat tinggalnya. Kiki dan Giska tidak tahu alasan pastinya, namun mereka menduga kalau hal itu terjadi karena para gadis-gadis—entah itu sekarang ataupun jaman mereka sekolah dulu—iri terhadap Kiki yang selalu saja digandrungi banyak pria. Setelah perbincangan tentang ujian tengah semester, pembicaraan beralih pada liburan singkat yang akan mereka dapatkan setelah ujian. Salah satu teman sekelas Giska bertanya padanya kemana ia akan menghabiskan liburannya. Giska yang memang tidak memiliki rencana apapun hanya mengedikkan bahunya dengan tak acuh. "Dia pergi liburan sama keluarga gue." Jawab Raia secara tiba-tiba yang membuat Giska memandangnya bingung. Raia nyengir begitu saja. "Acara dadakan, Ka. Gue baru mau ngomong nanti setelah balik kuliah." Lanjutnya lagi dengan ekspresi bersalah sekaligus menjelaskan pada teman-teman Giska yang lainnya. "Nyokap gue minta dia ikut keluarga kita liburan bareng." "Ooohhh..." Jawab teman-teman Giska. "Keluarga kalian deket banget ya?" Tanya salah satu teman Giska dan Raia menganggukkan kepala mengiyakan. Setelah jam kuliah usai, Raia menjelaskan semuanya. "Bokap ultah, nyokap mau kita semua liburan bareng di villa. Kebetulan kan weekend juga." Ucap Raia menjelaskan . "Tapi kan itu acara keluarga." Jawab Giska. Bukannya ia tidak suka, hanya saja rasanya tidak tepat kalau ia dan Kiki terlibat di dalamnya. "Kalian kan udah kayak keluarga." Jawab Raia sambil nyengir lebar. "Lagian kalo Cuma kita-kita aja, rasanya gak seru. Kalo ada loe kan minimal ada yang bisa dibully." Ucap gadis itu seraya terkekeh. Giska hanya bisa mengangkat sebelah alisnya dan menatap Raia dengan tajam sementara Kiki terkekeh di samping Raia. ***** "Kamu mau kemana?" Andra yang baru pulang dari kantornya, tepat saat Giska meletakkan carriernya di samping pintu rumah. "Minggat." Jawab Giska dengan nada ketus yang membuat Andra mengerutkan dahi. "Minggat? Minggat kemana? Kenapa?" Tanya kakaknya itu bingung. "Mana ada orang minggat dikasih tahu kemana-kemananya." Jawab Giska ketus seraya kembali berjalan masuk ke dalam rumah. "Ka, kamu ngomong yang bener. Mas lagi ngomong sama kamu. Kamu kenapa sih?" Tanya kakaknya seraya mengekori Giska yang tengah melangkah menuju kamarnya. "Kamu lagi bete? Sama siapa? Kenapa?" tanya kakaknya ingin tahu. "Ya kalo Giska minggat dari rumah, berarti Giska kesel sama orang rumah." Jawab Giska lagi tanpa memandang kakaknya. "Iya tapi sama siapa? Papa? Mama? Mas?" Tanya Andra memandang adik semata wayangnya dengan bingung. "Sama semuanya. Mama, Papa, Mas. Giska kesel sama kalian semua. Kalian udah gak peduli lagi sama Giska. Mentang-mentang Giska udah gede, Giska ditinggalin sendiri terus. "Mama sama Papa terus pergi keluar, alasannya kerja. Padahal mah bulan madu yang tertunda. Mas juga, siang-malam kerja terus dan weekend masih juga sibuk ngajar di kampus. Giska kesel. Giska kesepian. Giska gak dipeduliin sama kalian." Ucap Giska dengan ekspresi sedih di wajahnya yang membuat Andra merasa bersalah. Tapi kemudian, suara klakson mobil terdengar di depan pintu. "Giska! Buruan! Lelet amat sih loe!" Teriakan itu berasal dari suara yang Andra kenal. Ia melirik Giska dan melihat adiknya itu menunjukkan cengiran lebar yang seketika membuat Andra kesal. "Jadi? Kamu bilang apa? Minggat?" Kakaknya sudah melangkah mendekat, berniat untuk menjitak kepala adiknya. Namun Giska bergerak dengan cepat menuju kamarnya, mengambil sesuatu dari dalam dan dengan cepat berkelit dan berlari menjauh dari Andra. "Giska! Kamu!" geram kakaknya yang Giska balas dengan tawa lebar. Giska dengan cepat menuju pintu dengan kaki telanjang. Memasukkan carrier ke dalam mobil Raia dengan cepat dan berjalan masuk menuju kursi penumpang bersamaan dengan Andra yang sudah berada di teras. "Kamu ya. Mas udah percaya aja sama kamu, tahunya kamu drama! Mau kemana kamu sebenernya?" Tanyanya kesal. Karena Giska sudah menutup kaca, ia menoleh pada Raia dengan tatapan tanya. "Kalian mau kemana? Kemah?" Tanya Andra dengan nada lebih halus. Raia menggelengkan kepala. "Kita mau ke villa yang di lembang, Mas. Emang dia gak bilang?" Tanya Raia ingin tahu. Andra menggelengkan kepala dan matanya langsung menatap ke arah Giska duduk dengan sangat tajam. "Dia jahilin Mas lagi?" Tanya Raia dan Andra menganggukkan kepala. "Mas, sih. Gampang ketipu." Ucap Raia yang membuat Andra melotot pada adik sahabatnya itu. Raia tersenyum gugup dan kemudian membuka pintu mobil dengan cepat. "Kita balik senin ya, Mas. Kampus libur juga." Ucap Raia dan setelah mendapat anggukkan Andra langsung masuk ke dalam mobil. Tepat setelah mobil keluar dari area rumahnya, Andra mendapatkan pesan di ponselnya. Ia terbelalak saat melihat pesan yang dirikim oleh adiknya itu yang isinya, Giska : Mas, transfer. Duit aku abis. Andra : Gak! Ngapain ngemodalin orang yang mau minggat. Kalo mau minggat, minggat aja, gak usah minta modal. Giska : Ihhh.. aq gak minggat. Aq mau liburan. Giska : Ya udah, maap. Transfer ya. Giska mengiriminya emoticon yang berbeda. Wajah memelas, tangan memohon dan banyak lainnya. Kesal namun juga lucu, Andra kemudian membuka aplikasi M-Banking nya dan mengirimi adiknya itu uang jajan tambahan. 'Kayak orang kekurangan jajan aja.' Keluh Andra dalam hati seraya kembali berjalan masuk menuju rumahnya. Mobil yang dikendarai Raia kemudian menuju ke kediaman Kiki. Jika sebelumnya Raia menyaksikan Giska dan Andra seperti sedang bertengkar padahal hanya drama. Maka yang Giska dan Raia lihat di depan rumah Kiki kali ini adalah pertengkaran yang sesungguhnya. Sahabatnya itu—dari dalam mobil mereka perhatikan—tengah ribut dengan seorang wanita berusia awal empat puluhan yang tampak cantik serta awet muda. Giska dan Raia mengenal itu sebagai ibu kandung Kiki. "Ibunya gak ke butik" Bisik Raia pada Giska. Giska mengedikkan bahu tanda tak tahu. "Apa kita turun sekarang?" Tanyanya lagi, Giska menjawab dengan gelengan kepala. "Tungguin bentar. Kiki pasti gak suka kalo dia tahu kita lihat dia berantem sama nyokapnya. Nantinya juga bakal gak nyaman buat kita." Ucap Giska yang dijawab anggukkan Raia. Raia memundurkan mobilnya perlahan supaya tidak masuk jarak pandang Kiki. Dalam mobil yang mesinnya sudah dimatikan, Raia mengirim pesan pada Kiki kalau dia sudah menjemput Giska dan bertanya apa Kiki sudah siap karena Raia juga akan sekalian menjemputnya. Dari dalam mobil, Raia dan Giska melihat Kiki membuka ponsel dan mengetikkan sesuatu di dalamnya. Kiki : Gue dah siap. Loe kesini agak cepetan ya. Raia menunjukkan pesannya pada Giska dan Giska menjawab. "Tunggu sebentar lagi. Jawab aja 'OK'." Dan Raia melakukannya. Setelahnya mereka melihat Kiki kembali memandang ponselnya dan gadis itu bergerak masuk ke dalam rumah. Lima belas menit kemudian, Raia kembali menyalakan mobil dan memajukannya sampai mobil berada tepat di depan kediaman Kiki. Ia memencet klakson, sama seperti yang dilakukannya di depan rumah Giska. Sementara Giska mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Kiki. "Kita di depan." ucapnya saat Kiki menjawab panggilannya. Dan tak lama, mereka melihat Kiki keluar dengan koper di tangannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN