Lama Morgan terdiam. Dia menyandarkan kepalanya di sandaran sofa. Hela napasnya terdengar berat. Jelas terlihat raut wajah tak tenang tergadai di raut tampannya. “Aku masih kepikiran sama papaku. Nggak tau ini kenapa Mama belum mau buka mulut soal papa kandungku. Memangnya apa yang mama harapkan? Bikin aku ngelupain papa kandungku dan berharap aku tunduk sepenuhnya sama Papa Alex?” gerutu Morgan, geram. “Gan, kamu jangan gitu. Kita, kan, belum dengar semua ceritanya. Jangan mulai benci Om Alex. Biar gimanapun, dia yang ngerawat kamu dari kecil. Udah seperti papa kandungmu sendiri.” “Iya, tapi−“ Morgan terhenti saat melihat ayah Intan muncul dari balik dinding. Pak Raden sepertinya mendengar ceritanya sejak tasi. Rautnya sangat serius saat mendekati putri dan kekasihnya ini. Morgan memp