Aku tidur sepanjang jalan menuju penthouse. Bagaimana nggak ngantuk, pukul sembilan malam aku baru tiba di penginapan Tanaka dan bangun lebih awal untuk ke pergi ke bandara karena kami mengambil penerbangan paling pagi. Saking ngantukknya, aku baru terbangun saat merasa tubuhku melayang. Hidungku mengendus aroma familiar, dan saat sepenuhnya sadar, aku begitu kaget mendapati aku dalam gendongan Tanaka. “Om, turunin!” Tanaka melirik. “Tanggung, Mia. Kita di dalam lift, sebentar lagi sampai.” “Turunin! Sisanya aku bisa jalan sendiri.” “Jangan keras kepala! Tidur sana!” “Aku udah nggak ngantuk lagi!” seruku kesal. “Jangan marah kalau aku berontak!” “Gadis keras kepala ini!” Tanaka menarik napasnya kesal kemudian mengembuskan terburu-buru. “Paling tidak sampai liftnya terbuka. Aku khawa