BAB 20

1947 Kata

“Mbak ikut Kei sama Mei jalan-jalan, yuk?” ajak Kei saat aku baru saja meletakkan keranjang cucian. “Liat anak-anak main bola.” “Bentar, Mbak ambil ponsel di kamar.” Aku berlari kecil. Nggak sampai lima menit, aku kembali dengan benda paling penting sedunia dan di dalam softcasenya terselip uang lima puluh ribu untuk jajan. “Mei mana?” “Udah di teras depan.” “Okay, Mbak bilang sama Bapak dulu, ya?” “Sip. Kei nyusul Mei, nanti Mbak langsung keluar aja.” Aku mengangguk. Setelah itu aku langsung menuju ruang tamu, di mana Bapak sedang membaca sebuah buku biografi presiden pertama Indonesia. “Pak, aku sama adek-adek ke lapangan sebentar. Bapak nggak apa ditinggal?” Bapak mendongak dan melepaskan kacamatanya. “Nggak pa-pa. Pulangnya jangan kesorean, ya.” “Siap!” Kupeluk Bapak kemudian k

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN