Aku tidak menyangka Tanaka mengajakku makan malam di sebuah restoran hotel bintang lima. Yang mengejutkannya, Tanaka memboking satu restoran dan menyiapkan hal-hal yang manis seperti buket bunga, kue dan lilin aroma terapi. Alunan musik terdengar tapi nggak tau bersumber dari mana. Tanaka meminta ruangan ini seprivat mungkin dan nggak ingin satu orang pun melihat kami. Setelah semua makanan diantar, pelayan harus segera pergi. Nggak ada yang boleh meminta tanda tangan atau foto karena Tanaka sudah memperingati mereka. “Anggur, Om?” tanyaku dengan kening berkerut, saat melihat semua yang tertata rapi di atas meja. “Jangan minum alkohol.” “Khusus untuk hari ini saja, Mia.” Tanaka tersenyum lembut. “Apa kamu menyukainya?” “Well, tentu saja.” “Kenapa responmu terdengar biasa? Padahal aku