Sementara Tanaka sedang diterapi radiasi di dalam sana, aku mengganti pakaian pasien dengan pakaianku sendiri dan pamit sebentar pada Mbak Yuli ingin membeli roti dan air mineral di kantin. Sekembalinya, aku berpapasan dengan Yudistira. Lama nggak ketemu, Yudistira semakin tampan. Jambang-jambang tipis menghias wajahnya menambah kesan seksi pada Yudistira. “Ada yang sakit?” “Eh, itu ...” Aku menggaruk kepalaku. “Maj–” “Tidak perlu dijawab juga tidak apa-apa.” Yudistira memasukkan stetoskop ke dalam kantong jas dokternya. “Mau mengobrol sebentar? Di tempat biasa. Kebetulan aku sedang tidak sibuk.” Kulihat jam di pergelangan kiri dan mengangguk sekali. “Boleh. Mumpung ketemu, nanti sulit, ya.” “Iya. Aku tidak ingin mendapat masalah dengan mengajak pacar orang lain jalan-jalan.” Otomat