24 : Shilla dan Kaivan

1861 Kata

“Bi, mami sama papi nggak pulang lagi?” tanya Eleena saat memasuki dapur, mencomot satu buah apel, menggigit dan mengunyahnya lamat-lamat. “Iya, Non. Katanya kalo nggak besok, lusa baru pulang.” “Betah banget kerja, padahal akhir pekan.” “Sabar, nanti ada, kok waktunya di rumah terus.” “Kapan coba? Lumutan, nih nunggunya.” Bi Neni tersenyum, tidak tahu harus menjawab apalagi. Hanya fokus mencuci piring, tetapi diam-diam selalu merasa kasihan pada nona mudanya. Di rumah yang sebesar ini, Eleena hanya tinggal dengan beberapa pekerja saat orang tuanya sibuk mengurus bisnis. Dari membuka mata sampai menutup kembali, wajah sesosok yang disebut mami dan papi jarang dia jumpai. Sehingga Eleena nyaris lupa seperti apa warna rambut dan suara mereka. Dulu waktu awal-awal Eleena selalu menangis

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN