“Ngapain ke mall, Mas?” tanya Ishana bingung, tetapi sambil melepas sabuk pengaman karena Kaivan melakukan hal demikian. “Karena besok semhas, saya mau membelikan beberapa barang untukmu. Tidak apa-apa ‘kan, Shana?” “Eh, itu ... nggak usah, Mas. Saya nggak—” “Tolong diterima. Lagi pula hubungan kita harus ada timbal baliknya. Jangan pikirkan soal hutang, bagi saya semuanya sudah lunas di detik setelah saya memutuskan untuk membantumu.” Kaivan tersenyum tipis, selanjutnya membuka pintu mobil. “Ayo, Shana. Jangan habiskan waktu istirahat saya dengan berpikir panjang. Kita harus mengunjungi beberapa toko.” Ishana buru-buru turun menyusul pria itu. Dia bahkan memegang tangan kirinya, membuat Kaivan menaikkan sebelah alis tanda keheranan. “Timbal balik dari sisi mananya, Mas? Selama ini