“Mau minum kopi sebelum aku pulang?” tawar Kiky saat tidak sengaja bertemu Zaky di koridor. “Tidak. Shift-ku masih belum berakhir,” tolak Zaky halus. Bisa dikatakan dia dan Kiky cukup dekat karena berada di kampus yang sama. Banyak yang mengira pada akhirnya Zaky memilih Kiky sebagai pasangan, sebab mereka terlihat cocok satu sama lain. Namun, kenyataan tak sesuai harapan. Zaky hanya menganggap Kiky teman, meskipun Kiky sebaliknya. “Kamu tahu? Kamu bersikap kejam padaku. Penolakan itu ... kukira aku sudah kebal, ternyata belum. Gunung es sepertimu sulit dicairkan.” “Maaf, Ky. Lebih baik jujur daripada terpaksa.” Kiky memberengut. “Apa karena Eleena? Hei, dia tidak ada di sini. Lagi pula itu hanya minum kopi. Aku yakin dia tidak akan bersikap kekanakan sekalipun tahu kita mengobrol berd