Bukan menyesal tapi Marvin benar-benar tidak menyangka bahwa kedatangannya ke Puncak Libus adalah sebuah awal malapetaka. Lelaki itu tidak pernah menduganya. Terlebih kejadian itu terjadi begitu cepat. Harusnya dia berpikir sebelum menjawab permintaan Biandra. Harusnya dia tidak menyetujui sebelum tahu detailnya seperti apa. Suara tak kasat mata itu menyerang Marvin dengan pukulan bertubi-tubi. Marvin seperti tengah bertarung dengan mata tertutup. Lelaki itu beberapa kali terkena pukulan hingga dia tersungkur ke tanah. Dirinya menahan rasa sakit akibat benturan. Marvin mencoba memfokuskan pendengarannya. Dia diam dan meneliti di mana keberadaan musuhnya. Drak! Derap langkah itu terdengar di telinga Marvin. Tangannya meraba sekitar dengan gerakan cepat. Dapat! Dia menyentuhnya untuk