Pagi datang dengan damai di Argenta. Embun pagi memenuhi dedaunan. Udara terasa dingin. Jovanka mengerjapkan matanya, pagi yang penuh dengan hawa kesedihan. Perempuan itu menatap sekeliling dan baru saja tersadar bahwa dia sedang berada di kamar Jevan. Jovanka menemani Jevan tanpa mengatakan apa-apa. Dia tak tega meninggalkan Jevan yang menangis sesenggukan. Gadis itu terbangun di ranjang Jevan sendirian, dia hampir saja menjerit tapi melihat dirinya masih berpakaian utuh gadis itu mengurungkan niatnya. Jevan pasti tidak akan mengambil kesempatan dalam kesempitan. Dia bukan tipe lelaki seperti itu. Ruangan ini tampak hening, belum ada tanda-tanda seseorang bangun. Jovanka meliirik jam di dinding. Masih jam empat pagi. Dia bangun terlalu pagi. Tenggorokannya terasa kering. Gadis itu beranj