Jevan D'Movic

1012 Kata
"Briem pasti baik-baik saja, Briekey." ujar Hezelfin dengan tatapan mata tulus. Briekey adalah sebutan ibu di Argenta.  Sama halnya dengan Brianda, Hezelfin sangat  mengkhawatirkan Jevan.  Meski setiap kali Rose Blood datang dia tidak mampu berbuat apa-apa.   "Terima kasih Hezelfin," gumam Biandra.  Bagaimanapun gemuruh di hatinya tidak akan reda jika belum melihat Jevan D'movic baik-baik  saja di hadapannya.   Sementara di sisi lain api kebencian tidak jua padam di mata Drean. Drean tidak membenci Jevan tapi kenyataan dia harus melihat kakaknya sendiri berubah menjadi  monster setiap bulan sungguh mengerikan. Dia pernah melihat Jevan hampir membunuh Hezelfin  hingga akhirnya Marvin D'movic mengambil keputusan mengurung anaknya sendiri dan menumbalkan sepuluh penduduk  Argenta  untuk menjadi mainan Jevan.   Bukannya tidak punya hati,  Marvin sendiri selalu menahan sakit ketika dia harus meminta paksa penduduk Argenta  untuk menjadi korban anaknya setiap bulan. Tapi Argenta akan lebih kacau jika Marvin membiarkan  Jevan tak terkunci di Reseveltdon.   Dari kejauhan tampak seorang lelaki berjalan dengan kaki yang terseret,  bajunya sobek di bagian lengan dan sekujur tubuhnta penuh dengan darah, begitu juga pelipisnya.  Di tangannya dia menggendong seorang anak perempuan yang terkulai lemas.  Meski terlihat tak berdaya  tapi lelaki itu berusaha sekuat tenaga dengan sisa terakhirnya.  Setengah bajunya sudah robek dengan banyak luka  goresan di tubuhnya.    "Jevan1" Teriak Biandra. Kali ini wanita itu benar-benar menangis dia memegang erat jemari Hezelfin yang tengah memeganginya.    "Cepat buka mantranya," gumam Biandra kepada Marvin. Marvin masih tak bergeming. Lelaki itu tampak mengamati Jevan yang tengah berjalan ke arah mereka. Reseveltdon masih tertutup dengan mantra Purplevin. Hanya Marvin yang bisa mengunci dan membukanya.    "Marvin,  cepat!" Kali ini Biandra berteriak. Perempuan itu sudah berdiri dei hadapan garis pembatas yang tertutup  mantra Pupervin. Matanya memohon pada Marvin untuk segera membuka Reseveltdon.   Marvin menyatukan kedua tangannya secara horizontal. Lelaki itu memejamkan mata dan merapalkan sebuah mantra.   "Le idos briementa veiros da vonte leigros admirabe veigos neiros levrente." dia mengucapkan mantra tersebut selama 3 kali.   Dinding tipis yang membatasi Biandra dan Jevan  memudar.  Jevan tengah terduduk dengan mata hampir terpejam dan napas yang lemah.  Biandra segera berlari ke arah Jevan.   "Apa kau baik-baik saja?" Tangis Biandra pecah memandang Jevan. Sekali lagi lelaki ini berkorban.    "Selamatkan dia dulu," gumam Jevan. Dia meraih tangan ibunya dengan tatapan memohon.  Seorang gadis itu tengah pingsan dengan bekas luka ungu di lehernya.   Biandra menyentuh denyut nadi anak perempuan itu dengan air mata yang masih berjatuhan. Sementara di sisi lain Hezelfin sudah berada di samping Jevan.   "Apa kau baik-baik saja,  Briem?" Tanya Hezelfin. Jevan mengangguk.   Hezelfin menatap luka yang ada di wajah Jevan.  Jevan D'movic sedang berbohong bahkan Hezelfin tahu bahwa kakaknya sudah berusaha keras untuk menahannya.   "Aku tidak dapat membawa semuanya keluar. Tapi sudah kupastikan sembilan lainnya hidup," gumam Jevan.   Hezelfin dan Biandra menatap Jevan dengan tatapan tak percaya.  Biandra mengangkat anak perempuan itu dan memindahkannya di sampingnya.   Kemudian dia beralih  menangkup pipi Jevan,  dia menarik penutup kepala dari jubah Jevan yang robek.  Lalu menariknya menutupi kepala Jevan.  Biandra tahu,  bahkan penduduk  Argenta tidak ada yang berani melihat Jevan. Kali ini pun mereka semua tampak menunduk.    "Terima kasih sudah menahannya. Tapi lain kali jangan seperti ini," gumam Biandra dengan lembut.   Sebagai seorang ibu terkadang Biandra ingin egois. Dia juga ingin Jevan tidak terluka sedikit pun. Tapi dia juga harus bertindak adil kepada penduduk Argenta.   "Aku akan menahannya lebih keras lagi, Briekey.  Hezel, bisakah kau obati kesembikan orang di dalam?"   Hezelfin mengangguk sekalipun dia masih mengkhawatirkan keadaan kakaknya tapi ada yang lebih membutuhkannya. Mata Hezelfin masih menatap Jevan khawatir.    "Aku akan jaga Jevan di sini, sekarang kamu ke sana dulu,  Hezel, " gumam Biandra.   " Baik,  Briekey. "   Hezelfin berdiri namun pandangannya masih lekat pada Jevan.  Saat menyentuh tangannya Hezelfin tahu jika Nodic (jumlah tenaga seseorang yang diukur berdasarkan hitungan yang rumit, hanya Hezelfin yang mampu menjabarkamnya)  milik Jevan hanya tinggal 5.itu artinya Jevan sedang dalam keadaan kritis.   "Aku gapapa Hezelfin," gumam Jevan seolah bisa membaca kekhawatiran adiknya.  Hezelfin pun menatap Jevan lalu berbalik. Tidak akan terjadi apa apa-.  Namun baru beberapa langkah Hezelfin meninggalkan Jevan, lelaki itu terkulai lemas dengan jeritan Biandra yang langsung membuat Hezelfin menoleh.   "Briem!"   *** Apa yang ditakutkan Hezelfin terjadi. Harusnya tadi dia menyembuhkan Jevan terlebih dahulu. Hezelfin memegang tangan Jevan dengan tatapan  khawatir. Sekali lagi dia memeriksa kondisi Jevan namun lelaki ini belum juga membuka matanya. Biandra pun ikutan gelisah di sampingnya. Bagaimana tidak  sudah hampir lima hari Jevan belum juga membuka matanya.  "Bagaimana, Hezel?" gumam Biandra dengan tatapan penuh harap. Hezelfin  menggeleng  mematahkan harapan Biandra.  Sudah segala metode yang Hezelfin bisa namun tidak membuahkan hasil.   "Apa dia mati?" Gumam Drean yang langsung mendapat tatapan tajam dari Biandra, "Aku hanya bertanya,  Briekey,"  decak Drean. Drean memang terkenal frontal dan tak segan mengatakan hal yang menyakitkan bahkan kepada ayah dan ibunya sendiri.  Keluarga D'movic memang sudah terbiasa dengan sifat Drean namun terkadang perkataan Drean tetap saja menyakitkan.   "Briekey sepertinya dia lebih baik tertidur saja selamanya dengan begitu Argenta tidak punya monster seperti dia lagi." gumam Drean.   Kali ini Vile memukul kepala Drean dengan sangat keras.  Dia yang biasanya tenang tampak terusik dengan Drean kali ini,  "Jika kau tidak bisa diam,  aku akan menggulung lidahmu dan kubiarkan kau tak bisa bicara selamanya,"  Ancam Vile.  Devan langsung terdiam. Dia tahu ancaman Vile tak main-main. Meskipun lelaki ini memiliki wajah penyabar dan raut mata yang bisa membuat siapa saja jatuh cinta tapi lelaki ini benar-benar menyeramkan dengan kekuatan yang bisa dia milikinya. Vile benar-benar bisa membuat lidah gulung dalam secepat kilat.   "Good boy,  aku tahu kau ini penurut," gumam Vile tersenyum melihat Drean yang berani berkutik lagi. Mereka semua memandang Jevan dengan tatapan yang sulit diartikan. Jevan berkorban banyak kali ini. Dia benar-benar menahannya dan lebih memilih menyakiti dirinya sendiri. Akibatnya kini Jevan kehilangan kesadarannya. "Dia benar-benar bodoh," gumam Drean. Drean tahu rasanya menahan diri jadi dia tahu bagaimana rasanya menjadi Jevan. Lelaki itu berusaha dengan segenap tenaga untuk tidak menyakiti siapapun . Jika Drean jadi Jevan dia tidak akan mengorbankan dirinya. Untuk apa terluka demi orang lain? Orang-orang terkadang tidak tahu cara berterima kasih. Jadi dia tidak ada niat untuk berbuat baik demi orang lain. Drean menatap Jevan yang masih terbaring lemah. "Benar-benar bodoh," gumamnya lagi.      
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN