Alisha mencoba menenangkan dirinya. Dia menatap layar ponselnya lagi, memastikan bahwa yang dia lihat bukan sekadar ilusi. Tapi tidak—foto itu nyata. Pesan itu nyata. Namun, dia tidak ingin gegabah. Tidak ingin menunjukkan apa pun sebelum dia tahu kebenarannya. Maka, ketika Nawa akhirnya berbicara, dia memaksakan senyuman. "Alisha, aku harus pergi sebentar," kata Nawa sambil menatapnya. Alisha menatapnya dengan tenang, menahan gejolak di dadanya. "Pergi ke mana?" "Ada sesuatu yang harus aku urus," jawabnya singkat. Jawaban itu terdengar samar di telinga Alisha. "Sesuatu" bisa berarti banyak hal. Dan sekarang, pikirannya mulai dipenuhi dengan kemungkinan-kemungkinan yang tidak ingin dia percaya. Tapi dia tidak boleh terlihat curiga. Jadi, dia mengangguk pelan. "Baiklah. Hati-hati."

