"Makanlah dulu!" Nawa menyodorkan makanan untuk istrinya. Alisha masih diam di bawah selimut. Ia tak mengeluarkan sepatah kata pun. Tapi tak apalah, setidaknya Nawa bisa melihat istrinya yang kini ada di hadapannya. Ponsel Nawa terus bergetar. Tanpa perlu memeriksanya, ia sudah tahu siapa yang menelepon—jelas kedua orang tuanya dan juga Eyang kesayangannya. "Sayang, makan dulu. Apa kamu nggak kasihan sama anak kita?" Nawa kini duduk di belakang tubuh Alisha yang membelakanginya. "Apa kamu nggak kangen sama aku, Ca?" lirihnya, frustasi dengan diamnya Alisha sejak tadi. Alisha tetap diam, tubuhnya tertutup selimut rapat, seolah membangun dinding tak terlihat antara dirinya dan Nawa. Matanya memandang lurus ke arah jendela kamar hotel, tetapi pikirannya mengembara jauh dari sana. Nawa,

