Nawasena melangkah dengan tergesa menuju kamar utama di mansion-nya, tempat di mana seorang wanita kini terbaring lemah di ranjang besar. Wajah pucat Alisha tampak begitu rapuh, kontras dengan sosoknya yang biasanya tegar dan anggun, bahkan terkadang bersikap bar bar. Infus sudah terpasang di tangan kanannya, sementara sisa-sisa kelelahan masih terlihat jelas di raut wajahnya. Dia berdiri di ambang pintu kamar untuk beberapa saat, menatap nanar wanita itu. Alisha. Gadis yang dulu pernah ia cintai diam-diam. Gadis yang dulu begitu ceria, kini terlihat hancur dan lelah di hadapannya. Napas Nawasena terasa berat, seolah ada beban yang tak terkatakan di dadanya. "Kenapa aku membawamu ke sini, Alisha?" gumamnya, suaranya nyaris tak terdengar. Entah kenapa, alih-alih ke rumah sakit, ia me