“Jaga sikapmu, Eshal. Aku … suamimu.” Rahangnya mengeras. Dia menatap lekat manik penuh amarah itu. Arash sungguh lelah sekali. Dia tahu kalau kepulangannya ke New York pasti akan dicecar habis-habisan oleh keluarganya, terutama sang istri. Dia tahu wanita ini pasti sangat kecewa dengan sikapnya selama beberapa waktu terakhir. Apalagi berita itu masih terus muncul di permukaan dan membuat heboh sejagat raya. Tapi, ini sudah menjadi keputusannya. Arash tidak bisa menarik apa yang sudah dia lakukan, sebelum hal yang dia inginkan terjadi. Eshal menarik kasar tangannya dari cekalan sang suami. “Suami?” Dia menyeringai dan mundur beberapa langkah ke belakang. Kedua matanya sudah memerah, menahan air mata yang hampir jatuh sejak ia mendengar s