Degup jantungnya sudah tidak beraturan. Keringat semakin membasahi pakaian yang ia kenakan saat ini. Dia yakin, keluarganya bisa mengatasi ini. “Kenapa diam, Eshal?” tanya Arash sekali lagi. Deg! Pria itu mendekati Arash, dan menepuk pundaknya. “Maafkan kami sudah menyembunyikan ini dari kalian,” ujar pria itu, Dimitri Shalva Armaghan. Arash masih diam saja menantikan jawaban dari wanita yang masih ia cintai sampai detik ini. Sebenarnya, emosinya sudah cukup tersimpan rapat. Tapi melihat wajah ketakutan sekaligus bayi merah dalam pelukannya, seketika membuat hati Arash luluh. Alvaes, dia menuntun mereka untuk keluar dari sana agar Arash dan putrinya bisa mendapatkan waktu berdua. “Ayah, kalian mau kemana?! Jangan tinggalkan aku sendirian disini!”