Davin yang melihat bisnisnya semakin hancur jadi tambah stres lebih dari yang sebelumnya, padahal dia sudah berusaha keras untuk mempertahankan apa yang menjadi penghasilannya sekarang. Tapi usaha mengkhianati hasil, sepertinya jika itu terus saja berjalan seperti sekarang, Davin tidak bisa benar-benar mempertahankan perusahaannya yang sudah di ambang kebangkrutannya. Dari mulai kantor yang sudah tidak semewah dulu dan barang-barang sebagai furnitur yang sangat murah, juga gaji karyawan yang hampir di pangkas setengahnya. Itu pun masih belum cukup untuk menutupi kerugiannya dan selalu saja rugi, Davin melirik ke arah jendela kemudian menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, mengontrol rasa cemasnya. Kemudian Davin mengalihkan pandangannya ke arah meja, tepatnya ke a