Perkara Pakaian

1134 Kata
Arga mengajak Dita pulang ke apartemen miliknya. Jarak antara apartemen Dita dan Arga sebenarnya tidak terlalu jauh, karena lokasinya berdekatan dengan kantor agensi K. Saat masuk ke apartemen Arga, pandangan Dita mengelilingi apa yang terlihat. Yang dia lihat apartemen itu masih kosong, mungkin Arga sibuk di luar dan menjadikan apartemennya hanya tempat untuk tidur sehingga tidak sempat membeli barang-barang. "Kalau enggak salah kamu bilang kalau kamu baru pindah kan?" tanya Dita. "Iya, aku baru beberapa hari tinggal di sini. Kenapa? Enggak ada isinya ya? Kamu boleh kok ngisi apartemen ini dengan apa saja, barang-barang kamu juga boleh dibawa ke sini." "Hah? Ngapain aku ngisi barang di apartemen kamu, ya enggaklah. Terus kamar aku di mana?" "Kamar kamu di sana," ucap Arga menunjukkan kamar di depannya. "Kamu tenang aja di dalam kamar ada lemari sama tempat tidur yang sudah aku pasang sprei. Belinya juga dadakan tadi malam, karena tahu kamu mau nginep di sini. Maaf ya kalau kamu kurang nyaman tinggal di sini. Tapi kalau kamu butuh apa-apa bilang aja sama aku." "Ok." Dita melangkahkan kaki menuju kamarnya mengikuti langkah Arga yang sudah lebih dulu masuk meletakkan tas pakaian Dita di dalam lemari. "Kamar mandinya di sini, jadi enggak perlu keluar kamar," kata Arya menunjukkan letak kamar mandi. "Ok." "Kalau butuh apa-apa, cari aku di kamar yang satunya ya, aku mau mandi dulu. Malam kamu mau makan apa?" "Apa ya, terserah deh." "Kita makan di luar aja gimana? Di sini belum ada peralatan masak dan alat makan." "Boleh juga. Yang penting enggak nyusahin kamu aja sih." "Ya sudah kalau gitu kamu istirahat dulu aja." Arga meninggalkan kamar Dita menuju kamarnya karena dia ingin mandi, kegiatan Arga hari ini membuatnya merasa gerah dan ingin segera mandi. Dita membuka lemari untuk memeriksa tas pakaian. Dia juga ingin mandi. Namun, setelah memeriksa isi tas pakaiannya hanya ada piyama transparan, dan pakaian ganti untuk besok ke kantor, tidak ada pakaian dalam di sana. Merasa kesal setelah melihat isi tas pakaian, Dita segera menelpon Asti, asistennya. Kali ini Asti benar-benar mengerjai Dita. "Apa sih yang ada di pikiran Asti," batin Dita. "Heh, Asti!" teriak Dita di panggilan telepon, "kamu gimana sih, masa ngisi tas pakaian ama piyama kayak gitu, terus enggak ada pakaian dalamnya pula, tega banget kamu Asti," protes Dita. "Hahaha, Mbak udah periksa tas pakaian ya? Itu kan pakaian yang paling pas buat pengantin baru Mbak, apalagi kan malam pertama, jadi langsung aja gitu enggak pake basa basi," ucap Asti sambil terkekeh. "Astaghfirullah, Asti, otak kamu ngeres banget. Siapa yang mau malam pertama. Ini aku aja tidur sama Arga pisah kamar." "Lho Mbak ngapain nikah kalau enggak merasakan kenikmatannya. Mbak Asti harus coba tuh! Cepetan mandi, pake parfum terus temui Mas Arga di kamarnya, pengantin baru kok tidurnya misah, aneh deh." "Asti-Asti yang nikah siapa yang ngeres siapa. Pokoknya aku enggak mau tahu, bawain piyama lain sama pakaian dalam sekarang juga, awas kalau enggak!" perintah Dita pada asistennya. "Enggak mau ah, Mbak. Aku enggak mau ganggu acara malam pertama Mbak Dita deh." "Aduh, punya asisten kok gini amat ya. Besok aku ke kantor masak enggak pakai pakaian dalam Asti. Susah deh ah ngomong sama kamu!" Dita tambah kesal dengan asistennya. Bisa-bisanya asisten mengerjai seorang model terkenal. "Beli aja Mbak di dekat sana, di lantai bawah apartemen kan biasanya ada toko, Mbak cari aja di sana ya. Aku capek nih Mbak, mau tidur cepet. Besok aku bawain pakaian lagi pas kita ketemu di kantor ya." "Awas kamu ya Asti. Jangan harap besok kamu bisa bernapas lagi. Asti nyebelin banget!" Dita melempar ponsel ke tempat tidur. Kali ini Asti benar-benar membuat emosinya memuncak. Tetapi Asti berusaha sabar dikerjai oleh asisten sendiri. Dita putuskan untuk turun ke lantai bawah apartemen mencari pakaian dalam seperti yang dikatakan Asti. Dia mengambil dompet dan keluar kamar. Lalu terdengar suara bel apartemen berbunyi. Dita melihat ada seorang kurir di luar dari sebuah layar di ruang tengah. Dari dalam apartemen Dita berteriak. "Simpan aja paketnya di depan Pak, nanti saya ambil!" Sebelum keluar rumah, Dita ingin pamit pada Arga untuk ke lantai bawah. Dia mengetuk pintu kamar Arga tetapi tidak ada jawaban. Dita memegang gagang pintu, membuka pintu kamar Arga. Dia lupa jika Arga sedang mandi, memberanikan diri mencari Arga di kamarnya. Kamar Arga juga masih kosong, di sudut kamar ada tumpukan kardus yang belum dibuka, sebuah tempat tidur dan lemari, serta sebuah meja yang ada beberapa kamera di sana. Dita melangkah masuk menuju meja yang penuh dengan kamera. "Ada apa, Dita?" tanya Arga keluar dari kamar mandi. Arga baru selesai keramas karena air masih menetes dari rambutnya. Tubuhnya kekar dengan d**a bidang dan perut kotak-kotak seperti roti sobek. Semua terlihat karena Arga hanya menutup bagian bawah tubuhnya dengan handuk dan membiarkan bagian atasnya terbuka. Tanpa sadar Dita berteriak setelah melihat Arga. Dia lari keluar dari kamar Arga. Dita menutup pintu kamar Arga dari luar dan bersandar di sana. Dita yang hanya bersandar pada pintu hampir terjatuh saat Arga membuka pintu dari kamar, dengan sigap Arga menangkap tubuh Dita yang terjatuh ke belakang. Dita hanya bisa pasrah dan memejamkan matanya. Pasrah jika dia harus terjatuh di lantai. Setelah merasa tenang Dita membuka mata. Betapa terkejutnya Dita saat melihat Arga telah memegangi punggungnya, dan Arga masih tetap memakai handuk. Segera Dita berdiri dan berlari ke kamarnya. Niat untuk pergi ke lantai bawah dia urungkan sebentar hingga Arga selesai memakai pakaian. "Apa itu tadi?" ucap Dita dengan wajah yang memerah dan jantung yang berdebar kencang. Dia belum pernah melihat tubuh Arga sebelumnya. Bahkan ketika kuliah dulu. Dita berusaha menenangkan diri dengan mengatur napas hingga bayangan Arga menghilang dari pikirannya. "Dita, Dita, tadi kamu kenapa nyariin aku?" ucap Arga sambil mengetuk pintu kamar Dita. Dita yang sudah merasa lebih tenang berjalan ke arah pintu dan membukanya. "Semoga Arga sudah memakai pakaian," batin Dita. "Tadi ada kurir nganter paket. Paketnya masih di depan, belum aku ambil. Terus aku mau ke bawah sebentar, mau nyari sesuatu." "Oh, enggak apa-apa, nanti aku ambil paketnya. Mau aku antar ke bawah? Sekalian cari makan. Tunggu ya aku ambil HP sama dompet dulu di kamar." "Enggak usah, aku bisa pergi sendiri," ucap Dita menolak ditemani. "Bisa gawat kalau Arga ngeliat aku nyari pakaian dalam," batin Dita. "Sekalian keluar aja, Dit, biar enggak bolak balik. Tunggu sebentar." Arga masuk kamar mengambil dompet dan ponselnya. Dita yang tidak ingin diikuti oleh Arga karena merasa malu akan membeli pakaian dalam memutuskan untuk pergi duluan meninggalkan Arga. Dita berjalan perlahan, membuka pintu dan segera berlari ke arah lift. Sebisa mungkin dia harus sudah mendapat pakaian dalam sebelum ketahuan oleh Arga. Tiba di lantai bawah, Dita segera mencari toko yang menjual pakaian dalam. Dia masuk dan memilih di dalam. Saat sedang memilih, dia dikejutkan oleh suara pria yang kini sudah ada di belakangnya. "Kamu kok ninggalin aku, Dit? Kamu lagi cari apaan di sini?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN