Tidak seperti biasanya, suasana ruang makan di Senin pagi itu tampak sunyi. Atmosfer ketegangan terasa begitu kental. Meskipun ketiga anggota keluarga Brighton sudah berada di sana dan sedang menikmati sarapan, tak satu pun dari mereka yang mau memulai obrolan. Sampai Malia mengisi cangkir masing-masing dengan teh hangat, Darius baru angkat bicara. “Bagaimana kabarmu?” tanyanya pada Alex. Alex melayangkan tatapan dinginnya pada Darius. “Tidak pernah sebaik ini.” “Maafkan aku baru bisa kembali. Banyak pekerjaan—“ “Aku sudah belajar banyak,” potong Alex, “dalam dua bulan ke depan, aku sudah bisa menggantikan posisimu, Father,” lanjut Alex dengan menekankan pada kata father. “Nice going! Aku bisa pensiun lebih cepat.” Sorot mata Alex masih tetap bertahan seperti semula. “Apa rencanamu s

