“Fathir satu-satunya teman yang ada di saat saya berada di titik terendah. Dia orang yang tidak pernah meninggalkan saya di saat saya susah. Kami berdua menjalani masa sulit bersama-sama. Kami saling berbagi suka dan duka. Di saat Mas Genta harus berjuang mencari nafkah dan saya harus merawat Ibu yang sedang sakit, Fathir selalu ada untuk membantu saya. Meskipun Fathir membantu bukan dengan materi dan hanya dengan dorongan semangat, tapi itu sangat berarti bagi saya. Mungkin, bagi Tuan yang hidup dengan semua privilege ini ....” Malia memutar bola matanya ke atas seolah-olah sedang melihat semua milik Alex. “Tuan mungkin tidak akan mengerti arti kehilangan seorang teman.” Mata Alex berkilat di dalam cahaya redup. Desah kesal berembus melewati bibir penuhnya. “Tahu apa kamu soal kehilangan

