Bab 1 - Karma dibayar Kontan
“Aku mau dengar testimoninya dong, gimana rasanya nikah? Apa punya istri se-enak itu?” tanya Ghea pada Randy, pria di sampingnya yang saat ini sedang mengemudikan mobil.
Sebenarnya mereka sudah sama-sama pulang kerja, tapi Randy memutuskan balik lagi ke kantor hanya untuk menuntaskan hasrat yang menggila. Mumpung tidak ada siapa-siapa, mereka bisa merasakan sensasi yang memacu adrenalin bagi dua insan yang punya hubungan rahasia di kantor seperti mereka berdua ini.
“Itu sarkas ya? Padahal kamu tahu bagiku punya istri itu bikin muak,” jawab Randy. “Istriku ini hyper atau gimana, ya? Bisa-bisanya dia nggak ada bosannya ngajakin ena-ena terus. Aku, kan, nggak mau. Apalagi kalau dia sampai hamil. No way!”
Kalaupun ada wanita yang ingin Randy hamili … sudah pasti orangnya Ghea yang saat ini duduk di sampingnya. Ghea yang sangat ia cintai.
Ghea kemudian tertawa. “Wajar dong dia minta terus. Kalian belum melakukannya semenjak nikah, kan? Gila, kuat banget. Bisa-bisa di-cap nggak normal kamu nanti.”
“Kami nikah sebulan yang lalu dan langsung honeymoon selama dua minggu, tapi memang bisa dibilang aku belum menyentuh dia. Entah berapa alasan yang udah aku katakan. Aku yakin dia juga muak.”
“Gas aja kaliii. Jangan ditahan, Ran. Kasihan istrimu pasti heran, punya suami kok nggak ada birahi sama sekali?”
Kali ini Randy yang tertawa. “Biarin aja. Suruh siapa mau dijodohin sama aku.”
“Loh, bukannya kamu juga mau? Aku pikir dia nggak akan maksa kalau dari awal kamu menolak. Tiga tahun loh pendekatan kalian.”
“Sayang, kamu mulai deh bahas ini lagi. Udah berapa kali coba kita membahasnya?” ucap Randy.
Randy dengan Stella istrinya memang dijodohkan oleh orangtua mereka sejak tiga tahun yang lalu. Orangtua mereka berteman dekat dan sangat berharap agar Stella dan Randy menikah. Randy pun awalnya setuju-setuju saja terlebih Stella bisa dibilang cantik. Usianya juga tiga tahun lebih muda darinya, jadi bisa dibilang secara gap usia mereka cukup ideal. Meskipun tidak ada cinta, Randy pikir perasaan akan tumbuh seiring berjalannya waktu.
Namun, baru satu tahun melakukan pendekatan … Randy kedatangan Ghea di kantor tempatnya bekerja. Ghea menggoda Randy sehingga mereka akhirnya menjalin hubungan rahasia hingga sekarang.
Di kantor, tidak ada yang tahu kalau mereka terlibat affair, termasuk Arga selaku CEO yang sangat sering berada di dekat Ghea mengingat wanita itu merupakan sekretarisnya.
“Entah sampai kapan kita selingkuh begini,” ucap Ghea. “Aku pikir bakalan berhenti setelah kamu menikah, tapi ternyata nggak se-mudah itu.”
“Kita nggak akan selingkuh kalau kamu mau nikah sama aku. Aku pasti bakal langsung batalin perjodohanku sama Stella. Kita pasti udah jadi suami-istri sekarang.”
Menikah dengan Randy? Mohon maaf, Ghea tidak berminat sama sekali. Selama dua tahun menjalin hubungan, Ghea tahu se-redflag apa Randy. Bahkan, secara finansial pun Randy tidak kaya-kaya banget. Itu sebabnya Ghea tidak pernah berminat menikah dengan pria itu.
Meskipun begitu, kalau pacaran begini … Ghea ayo-ayo saja. Lumayan juga untuk mengisi waktu senggang sekaligus ada tambahan uang jalan.
Bisa dibilang tipe ideal Ghea adalah pria matang bernama Arga, CEO OMJ —perusahaan headhunter tempat kerja Ghea dengan Randy. Meskipun Arga adalah duda anak satu, tapi segala aspek seperti fisik, karakter hingga finansial sangat layak untuk dijadikan pendamping hidup.
Bisa dibilang Arga itu duda matang sempurna. Ghea tentu tidak akan berpikir dua kali jika yang mengajaknya menikah adalah sang CEO. Sudah pasti langsung berkata yes!
Masalahnya adalah Arga sangat sulit ditaklukkan. Sudah beberapa kali Ghea mencoba menggoda bosnya itu, tapi selalu berakhir gagal.
“Kamu kenapa, sih? Bisa-bisanya menolak terus kalau diajak nikah,” tanya Randy lagi.
“Dibilangin aku belum pengen nikah. Mungkin kalau kamu ngajak nikahnya minimal lima tahun lagi … aku akan mempertimbangkan untuk bilang iya,” jawab Ghea beralasan. “Tapi, kan, nggak bisa gitu. Orangtua kamu nggak bakal mau nunggu se-lama itu. Makanya kamu nggak ada pilihan selain menikah dengan Stella. Iya, kan?”
“Lima tahun lagi, kalau kamu siap nikah … aku nikahin, ya,” ucap Randy. “Tentunya kalau kamu nggak masalah dengan statusku yang duda.”
“Kamu yakin lima tahun lagi bakalan jadi duda? Maksudku, nggak jarang loh yang dijodohkan ending-nya cinta beneran.”
“Enggak bakalan. Cintaku udah habis buat kamu, Sayang.”
Ghea terkekeh. “Kamu bisa aja.”
Jeda sejenak.
Ghea kembali berbicara, “Tapi mau sampai kapan kamu mengulur waktu? Lama-lama Stella curiga baru tahu rasa. Aku nggak masalah loh kalau kamu mau ena-ena sama dia.”
“Kamu benar. Aku nggak mungkin selamanya menghindar. Kalau begitu baiklah … malam ini bakalan aku coba pakai nafsu aja, bukan pakai cinta. Tentunya aku nggak boleh lupa pakai pengaman. Aku nggak mau punya anak dari istriku.”
“Ah, aku nggak bisa membayangkan kamu melakukannya sama perempuan selain aku,” canda Ghea. “Semoga lancar, ya.”
“Kamu nggak cemburu?”
“Aku lebih takut kalau hubungan kita ketahuan. Jadi lakukanlah tugasmu sebagai suami.”
“Aku akan melakukannya sambil membayangkan wajahmu, Sayang,” ucap Randy. “Lagian aku udah telanjur chat Stella kalau aku pulangnya larut malam. Dia pasti udah tidur begitu aku nyampe.”
“Aku yakin dia nungguin kamu, tapi kalaupun nggak … masih ada besok, kan?”
Randy mengangguk-angguk. “Kamu benar.”
“Nah itu. Pokoknya jangan ragu lagi, gas aja.”
“BTW Ghea, kenapa kita jadi bahas Stella, sih?” tanya Randy. “Padahal kita harusnya kangen-kangenan karena semingguan ini kita nggak se-senggang ini.”
“Ya, kita dibikin sibuk sama kerjaan, makanya aku tadi sore sengaja izin pulang lebih cepat buat memanjakan tubuhku ini di salon. Ah, untungnya Pak Arga mengizinkan sekretaris cantiknya ini pulang cepat.”
“Kalau begitu, mari kita rayakan malam ini. Sekali-sekali ngamar-nya sampai pagi, yuk. Setelah bersenang-senang di kantor, kita lanjut ke hotel. Urusan istriku gimana besok aja.”
“Enggak, enggak. Aku nggak mau kalau sampai pagi,” tolak Ghea.
“Baiklah, baiklah. Aku nggak maksa, kok, Sayang. Tapi minimalnya kasih aku pemanasan dong.”
“Kamu nggak lihat ini apa?” ucap Ghea yang sudah melepas bra dan underwear-nya tanpa sepengetahuan Randy. Ia sengaja menunjukkan dua benda itu dengan mengangkatnya tinggi-tinggi.
Randy tersenyum. Ia sadar di balik rok mini yang Ghea pakai, kini benar-benar tanpa underwear.
“Gila ya kamu, semangat banget.”
“Semangat dong,” balas Ghea. Tangannya mulai nakal dengan memegang area celana Randy, membuat Randy belingsatan.
Tentu saja si gagah milik Randy di bawah sana sudah mengeras. “Jadi pengen cepet-cepet nyampe kantor.”
“Ke hotel aja nggak, sih? Biar cepet. Aku heran kamu tiba-tiba pengen main di kantor.”
“Aku itu penasaran gimana rasanya main di kantor, soalnya selama ini kita nggak pernah mesra-mesraan di kantor. Aku tahu tempat yang nggak ada CCTV-nya.”
“Toilet?”
“Udah, kamu nurut aja.”
Tanpa banyak berbicara lagi, Ghea sengaja melepaskan sabuk pengamannya agar bisa leluasa memainkan si gagah milik Randy yang sudah tegak berdiri.
“Coba lepas aja celana kamunya,” kata Ghea.
“Aku lagi nyetir, Sayang. Kalau kita kecelakaan gimana?”
“Kita mati sama-sama dong. Romantis banget,” kekeh Ghea.
“Hush, jangan ngomong sembarangan. Malu-maluin nanti pas dievakuasi kamu pakai rok tapi nggak pakai underwear. Mana bra juga udah dilepas.” Randy membalas lelucon Ghea.
“Kalau begitu, biar adil kamu harus lepas celanamu,” ucap Ghea. Sambil memelorotkan celana Randy. Agak sulit untuk melepasnya karena posisi pria itu sedang mengemudi, apalagi pada bagian sepatu … itu benar-benar susah melewatinya.
Maka dari itu, Ghea membiarkan celana Randy begitu saja. Tidak perlu terlepas sepenuhnya yang penting area yang diinginkan sudah terpampang nyata.
“Beneran gila ya kamu, untungnya jalanan sepi dan ini udah malam,” kata Randy.
Ghea pun tertawa.
“Lucu, tapi lebih lucu lagi kalau begini….” Ghea yang sudah melorotkan underwear Randy, mulai memainkan jari-jarinya untuk memberikan rangsangan pada si gagah yang bahkan sudah sangat keras.
“Aahhh, aku menepi aja, ya.” Randy merasakan nikmat sambil berusaha tetap fokus mengemudi.
Selama beberapa saat, Randy masih merasakan nikmat terlebih Ghea dengan penuh semangat terus membuatnya dimabuk kepayang. Baik Ghea maupun Randy, sama-sama tak peduli kalau yang mereka lakukan sangatlah berbahaya sekalipun jalanan malam ini tampak sepi.
Saat Randy sudah semakin menggila dengan apa yang Ghea lakukan … tiba-tiba dari kejauhan sepasang lampu menyala terang. Tepatnya, itu terlalu terang! Rupanya itu sebuah truk yang melaju sangat cepat.
Waktu seakan melambat. Randy menyadari hal buruk tak lama lagi akan terjadi, tapi tubuhnya seolah membeku. Detik berikutnya, ia berusaha membelokkan kemudi untuk menghindari truk tersebut, tapi gagal.
BRUKKKK!
Dentuman keras pun terdengar. Logam bertemu dengan logam. Tabrakan benar-benar tak bisa terhindarkan, membuat kaca depan pecah berkeping-keping hingga serpihannya berterbangan.
Randy terdorong ke depan, tapi sabuk pengaman menahan tubuhnya. Meskipun airbag mengembang, tapi kepalanya tetap terbanting ke kaca samping hingga retakannya menyebar. Spontan, darah mengalir dari pelipis Randy yang sudah tak sadarkan diri.
Sedangkan Ghea yang beberapa saat lalu masih memberikan kenikmatan untuk Randy dan tentunya tidak memakai sabuk pengaman, tubuhnya langsung menghantam dasbor lalu terpental ke kaca depan. Kaca yang sudah pecah itu membuat tubuhnya terdorong keluar dan berguling di aspal.
Ghea maupun Randy … sama-sama tidak sadarkan diri.
Apakah ini karma? Karma yang harus dibayar kontan.