Orion kembali membeku untuk kesekian kalinya. Dia merasa aneh dengan panggilan sayang yang baru saja dilontarkan oleh Aries. Panggilan ini tak pernah dia dapatkan sebelumnya. Baru kali ini panggilan itu terasa menggetarkan hatinya yang ngilu dan bimbang. Jujur, dia masih tidak percaya dengan statusnya yang sudah menjadi istri seorang Aries, yang tak lain adalah sepupunya sendiri.
"Sayang, kenapa kamu diam saja?" Aries kembali mengulang perkataannya. Dia melihat pipi Orion yang merona, membuatnya ingin menggoda.
Karena Orion masih tetap diam, Aries pun meraih pucuk dagu Orion. Dia pun mengecup lembut bibir istrinya tanpa peduli penghulu masih ada di sana dan melihatnya.
"Ya, sebaiknya kita segera pergi dari sini bila sudah selesai." Orion menjawab dengan susah payah.
Orion dan Aries sekarang duduk di mobil yang menuju keluar dari KUA. Entah, kemana setelah ini mereka akan pergi. Aries melaju ke jalan raya.
"Dimana kita akan tinggal setelah ini?" cecar Orion ingin kepastian setelah beberapa saat melewati jalanan.
"Aku sedang mencarikan hotel untuk kita." Aries menjawab tanpa menatap Orion. Sejak tadi dia diam, bukan berarti tak ada yang dipikirkan, tapi dia menyisir jalanan untuk mencari hotel nyaman yang bisa mereka tinggali sementara waktu.
Bagi Aries, mereka harus pergi sejauh mungkin, jauh dari keluarganya maupun keluarga Orion bila tidak ingin ditemukan juga diseret pulang. Pilihan aman dan nyaman sementara waktu ini adalah Hotel.
Aries berhenti di sebuah hotel kala indikator bensinnya hampir habis. Dia tak mungkin pergi lagi atau akan kehabisan bensin di jalan. Dia turun lebih dulu lalu pembukaan pintu untuk kalian dan mengulurkan tangannya.
Rasanya aneh bagi Orion menerima uluran tangan Aries, tapi ia sambut juga tangan yang kemudian meraihnya lembut namun menggenggamnya erat, masuk ke lobi.
"Tolong satu kamar honeymoon suite," pesan Aries sembari mengeluarkan kartu identitas.
"Baik, Pak, mohon ditunggu dulu akan kami siapkan kamarnya."
Orion menarik pinggang Aries seraya berbisik, "Kenapa pesan kamar itu bukan pesan kamar biasa saja?"
"Kamu lupa kita pengantin baru sekarang."
Orion membeku seketika, Aries mengingatkan kembali status mereka saat ini. Tubuh Orion mendadak gemetar. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini padanya. Honeymoon? Pikirannya jadi menerawang ke sana? Apakah dia akan melakukan itu dengan Aries? Sungguh rasanya tidak bisa membayangkannya!
Setelah beberapa menit menunggu, petugas resepsionis kemudian menyerahkan kunci kamar. "Ini Tuan, kuncinya."
"Terima kasih." Aries mengambil cepat kunci dari tangan petugas resepsionis. Tak sabar rasanya dia ingin segera masuk ke kamar itu. Sedangkan Orion diam membeku menatap kunci di tangan Aries.
"Sayang, ayo ke kamar." Tatapan Aries hangat dan romantis kala menatap Orion. Dia memanggil agar Orion segera sadar dari lamunan.
Kembali Orion merasa risih dipanggil dengan kata sayang oleh Aries hingga membuat pipinya kembali seperti buah ceri segar.
Orion melangkahkan kaki bersama Aries. Pria itu kembali menggenggam tangannya Orion menuju ke sebuah room. Sungguh, pikirannya tidak karuan saat ini, kusut! Apa yang akan mereka lakukan di dalam nanti setelah ini? Dia benar-benar gugup dan tak bisa berpikir jernih sekarang.
Orion tiba di kamar. Kamar itu pencahayaannya hangat dengan lilin merah berbentuk love yang ada di meja juga helaian mahkota mawar yang juga berbentuk hati di atas seprai putih. Ada mawar merah di setiap sudut ruangannya yang menambah kesan romantis kamar ini.
"Aku lelah ... bekerja sendiri untuk ini semua." Aries menghempas kasar tubuhnya di kasur yang beraromakan wangi surga ini.
"Lelah? Astaga! Jadi kamu ... sudah merencanakan ini semua?" pekik Orion mendadak tersadar.
"Bila aku tidak berakting dan merencanakan semua ini akankah kamu menikah denganku?" Aries memang merencanakan ini semua dari awal, semuanya sudah tersusun sistematis tanpa celah agar Orion tidak menyadarinya.
Dia sebenarnya sudah tahu seperti apa karakter Lila. Dia tidak akan sembarangan mengambil wanita di luar sana untuk dijadikan kekasih, apalagi istri. Semua dia susun agar bisa menikah dengan Orion tanpa hambatan dan gangguan dari siapapun.
Pantas saja semuanya terasa aneh dan janggal bagi Orion. Karena biasanya Aries selalu percaya dan mendengar perkataannya. Rupanya dia telah ditipu. Dan ini membuatnya meradang sekarang.
"Sialan kamu Aries! Kamu telah menipuku untuk masuk perangkap mu!" Orion yang duduk kemudian mengepalkan tangan erat, melayangkan kepala itu ke d**a Aries.
Aries menangkap tangan Orion dan menariknya hingga tubuhnya jatuh di atas Aries. Senyum puas terkembang di bibirnya yang membuat Orion semakin terbakar.
"Kamu ... haruskah seperti ini? Apa tujuanmu yang sebenarnya? Kamu hanya ingin mempermainkanku saja atau bagaimana?" Api berkobar di mata Orion.
"Siapa yang mempermainkan dirimu? Aku serius dengan pernikahan ini. Aku serius denganmu."
"Pernikanan bukanlah main-main." Orion berontak mencoba melepaskan tangannya, namun Aries mencengkram erat.
"Aku tidak main-main. Rasaku padamu nyata. Aku akhirnya menyadari perasaanku padamu selama ini bukanlah hanya ingin menjaga saja tapi ingin membawamu terus berada di sisiku, memilikimu sebagai istriku. Bagaimana denganmu, apa kamu sudah menyadari perasaanmu?"
Orion masih tak percaya dengan pernyataan jelas Aries yang menyatakan bila pria itu mencintai dirinya. Sekarang bila pria itu bertanya padanya tentang cinta, bagaimana dia bisa menjawab?
Orion jelas tidak bisa juga tidak sanggup melihat Aries bersama wanita lain. Hatinya remuk tiap kali melihat Aries jalan dengan wanita. "Apakah yang kurasakan itu cinta?" Orion terlihat syok. Dia benar-benar tidak bisa menilai apa yang dirasakannya selama ini.
"Orion kamu bodoh atau apa? Ketakutan yang kamu rasakan saat takut kehilangan diriku namanya cinta." Aries berulang kali menekankan kata cinta yang membuat Orion semakin membeku.
"Karena sekarang kita adalah pasangan suami istri yang sah, maka sekarang waktunya untuk menunaikan kewajiban." Aries mereguk manis bibir Orion, memagutnya dalam.
Orion hanya diam saja membiarkan Aries menikmati bibirnya. Aries sendiri kemudian menjelajahi leher Orion dengan bibirnya. Sungguh, Orion tersengat rasa geli karena ini. Terlebih kala bibir itu berhenti di area sensitif, di tengah gundukan menggantung.
"Aah ... Aries, hentikan ini. Aku belum siap. Kamu bilang kamu lelah. Kenapa tak istirahat dulu?" ucap Orion sembari mendesah.
Aries tentu sudah tidak sabar ingin menyentuh istri sahnya. Apalagi didukung oleh tempat dan suasana yang romantis seperti ini. Dia juga lelaki normal yang sudah memendam rasa. Rasanya tidak salah kini dia menuntut itu sekarang dari Orion.
Gelora Aries yang membara padam seketika oleh penolakan Orion. Dia juga tidak mau melakukan ini dengan paksaan. Dia mau melakukan atas dasar saling cinta, karena rasanya tentu akan berbeda.
"Baiklah, aku mau istirahat dulu." Aries menurunkan Orion dari tubuhnya, namun dia memeluknya erat dalam dekapan.
Hanya berselang beberapa menit saja Aries benar-benar tertidur. Sementara Orion yang masih terjaga menatap intens Aries. Dia menyentuh lembut wajah pria di sampingnya itu.
"Aries, kamu gila mengambil tindakan nekat seperti ini. Semoga saja aku bisa menanggung konsekuensinya."
***
"Akhirnya kekacauan ini sudah beres." Mawar mendesau lega melihat rumahnya yang kini tenang kembali setelah kejadian menggemparkan kaburnya Aries dari pernikahan yang direncanakan. Meski pernikahan tersebut benar-benar gagal dan berakhir dengan menikahnya Lila dengan Alex yang mendapat kritikan juga hujatan keras dari semua tamu undangan yang hadir.
Ibunya Aries ini kemudian menyandarkan sejenak punggung ke sofa yang ada di ruang tengah bersama sang suami yang terlihat lelah mengatasi ulah putranya.
"Pa, Aries bagaimana bisa pergi meninggalkan masalah seperti ini?" Mawar terlihat jengah dengan sikap Aries yang membuat onar tanpa pemberitahuan terlebih dulu.
"Nanti kalau pulang biar aku beri dia pelajaran. Dia telah mempermalukan keluarga ini dengan kabur dari pernikahan. Kita yang harus kewalahan mengurus masalahnya ini." Ayahnya Aries terlihat marah dengan sorot mata yang berkobar dan belum padam sejak tadi. Dia benar-benar tidak habis pikir kenapa Aries mencoba mempermalukan seluruh keluarga? Mencoreng nama baik keluarga? Bahkan membersihkan nama mereka pun juga perlu waktu setelah insiden ini.
"Tapi, Pa, ini sudah malam dan Aries belum kembali."
"Mungkin dia bersembunyi di rumah Orion. Coba telepon ibunya Orion."
Mawar kemudian mengambil ponsel untuk menelepon Seruni, ibunya Orion.
"Halo, Seruni ... bilang pada Aries untuk cepat pulang, ayahnya menunggu di rumah dan ingin bicara banyak padanya." Mawar langsung ke inti permasalahan saja. Biasanya dia adalah seorang ibu yang sabar, namun karena Aries sudah keterlaluan maka kesabarannya pun ada batasnya.
"Aries? Dia tidak di sini. Apa mungkin mereka berdua ada di studio foto Orion?"
"Jadi, Aries tidak ada di rumahmu? Baiklah aku akan cari dia lagi. Kabari aku bila kamu bertemu Aries."