Terdengar suara dering ponsel yang memaksa mata Orion yang masih terpejam, terbuka lebar. Dia meraih ponsel yang ada di dekatnya. Barulah dia sadar bila sekarang sudah pagi.
Orion menegakkan kepala bersandar di meja untuk mengangkat telepon sembari menyandarkan punggung ke kursi. Karena banyaknya foto yang harus dikerjakan, dia sampai tidak pulang ke rumah dan ketiduran di studio foto. Hal seperti ini kerap terjadi.
"Ya, halo, ada yang bisa dibantu?" Bahkan suara Orion masih terdengar parau.
"Halo, Non Orion bisa ke restoran setelah ini? Ada menu baru di sini yang akan dipromokan."
"Kenapa bukan Aries sendiri yang telepon?"
Telepon masuk merupakan telepon dari restoran milik Aries. Restoran itu bila ada menu baru biasanya meminta Orion yang memotret menu mereka untuk dipromokan.
Selain mengambil foto pre-wedding, Orion juga sering memotret makanan dan produk lain untuk diiklankan. Tapi untuk hal yang satu ini dia hanya menerima beberapa, mengingat banyaknya foto pernikahan yang harus diselesaikannya.
"Ini sudah dijadwalkan, Non. Bos sendiri belum ada di restoran, tapi tugas yang diberikannya harus tetap selesai," balas seorang waiter menambahkan.
"Ya, baik. Satu jam lagi aku akan ke sana." Panggilan berakhir setelahnya.
Orion menaruh kembali ponsel ke meja. Sejenak dia duduk dengan benar sebelum bersiap. Tak butuh waktu lama, Orion pun selesai bersiap. Wajahnya yang lelah tak terlihat lagi di balik polesan make up tipis.
Dengan perlengkapan kamera, yang sudah ada di tangan, Orion keluar dari ruang studio. Setelah menaruh barang bawaan ke bagasi, mobil melaju menuju ke restoran Aries.
Bahkan kedatangan Orion di sana disambut dengan baik oleh para pekerja di sana.
"Nona Orion silakan ke arah sini." Seorang waiter yang sudah menunggu segera menuju ke pintu masuk restoran.
Orion mengikuti waiter menuju ke dapur. Sedangkan perlengkapannya ada yang membawakan masuk.
"Aries, sudah datang?" ceplos Orion tak sabar ingin segera bertemu dengan sepupunya.
"Belum, Non."
Orion hanya diam merespons dan tak lagi bicara. Biasanya di saat dia ada jadwal memotret di sini Aries selalu datang lebih awal dan menunggu prosesnya sampai selesai. Tapi kini, dia bahkan belum datang. Entah, pria itu akan datang atau tidak nanti?
'Jadi ... dia marah padaku dan tidak datang menungguku.' Padahal Orion kemari juga membawakan hasil pemotretan foto pre-wedding pria itu. Setengah mati Orion mengerjakan foto itu dengan hati remuk.
Tiba di dapur, chef sudah menunggu kedatangan Orion.
"Nona, kamu sudah datang?"
"Ya, bisah kita mulai pemotretan sekarang?"
"Bisa, Nona. Semuanya sudah siap. Semua menu ada di sini." Chef menunjuk menu-menu yang harus di potret pada sebuah meja yang disajikan khusus.
Tak lama setelahnya terdengar suara jepretan foto di dapur. Sampai satu jam lamanya Orion memotret baru selesai. Selesai pemotretan dia tak langsung keluar dari restoran ini, tapi menunggu Aries datang.
"Aries sudah datang?"
"Mungkin sebentar lagi Nona."
"Boleh aku tunggu di ruangannya saja untuk menyerahkan ini?" Orion menunjuk sebuah amplop besar yang di bawanya berisikan foto Aries.
"Silakan, Nona."
Orion kemudian berjalan menuju ke ruangan Aries. Dia tidak mau diantar dan masuk sendiri ke ruangan itu. Sudah biasa dia keluar masuk ruangan sepupunya seperti ruangannya sendiri.
Orion duduk menunggu di sofa dengan sabar.
Terdengar suara pintu dibuka. Tadi Orion menutup kembali pintu ruangan Aries setelah masuk. Sengaja, agar sepupunya tidak tahu bila dia menunggu di dalam sini.
"Kamu sudah datang?" lontar Aries dengan muka datar. Dia tidak terkejut dengan kedatangan Orion.
"Kenapa kamu ada di sini?" Suara Aries terdengar dingin setelah menutup kembali pintu ruangan. Sepertinya dia harus kembali berurusan dengan Orion yang mungkin akan merajuk kembali untuk membatalkan pernikahannya.
Orion menegakkan tubuhnya kemudian menyerahkan amplop besar cokelat yang dibawanya. "Ini fotomu. Kamu serahkan ini sendiri pada Lila."
Aries diam saja, baru menerima foto tersebut. Apakah Orion kali ini tidak akan mengganggunya lagi? Ini aneh sekali. Apakah semudah itu sepupunya menyerah?
"Kamu tidak lihat fotonya?" desak Orion melihat amplop yang masih ada di tangan Aries.
Aries menaruh amplop yang ada di tangan berpindah ke meja yang ada di sebelahnya, "Aku percaya dengan hasil kerjamu."
"Bila begitu, buka dan lihat." Orion kembali mendesak. Dia menambahkan sesuatu di dalamnya.
Aries merasa ada sesuatu dengan melihat tatapan berbeda Orion yang terus mendesaknya untuk melihat amplop. 'Apakah ada sesuatu di dalamnya?'
Namun Aries tidak membuka amplop tersebut dan membiarkannya tergeletak di meja.
Orion kini menaruh satu tangannya ke leher Aries, menyentuhnya lembut. "Aku yakin kamu pasti bisa berpikir dan tidak akan mengecewakan aku."
Aries memegang pucuk dagu Orion dan menariknya mendekat ke wajah. "Apa kamu sudah menemukan calon suami?"
Sejenak tatapan mereka saling beradu untuk beberapa saat. Tatapan mereka dalam, banyak kata yang ingin diucap. Namun mereka saling menahannya.
Aries kemudian mencondongkan tubuhnya ke telinga Orion. "Bila kamu menikah maka aku adalah orang pertama yang harus kamu beritahu, termasuk menentukan dia cocok denganmu tidak."
Orion mencebik dengan perlakukan tidak adil ini. Aries saja tidak memberitahunya perihal pernikahannya dengan Lila. Lantas kenapa dia harus memberitahunya bila dia menemukan pria.
"Aku akan melakukan hal yang sama seperti yang kamu lakukan padaku," bisik Orion lirih di telinga Aries dengan senyum tipis.
Secepat kilat dia menarik tubuhnya kembali, membuat jarak dengan Aries. Sekarang terlihat mimik muka sepupunya Orion ini berubah tegang. "Maka pria itu akan berakhir di tanganku."
"Coba saja." Orion menepis tangan Aries yang kini mencekal lengannya dengan marah. Tanpa berpamitan, dia keluar dari ruangan.
Sekepergian Orion, Aries duduk di kursinya dengan bantingan keras. "Benarkah dia sudah menemukan lelaki? Siapa dia?"
Aries terlihat marah sekali. Rasanya dia tidak terima bila itu benar terjadi meskipun semua itu hanya siasat Orion saja. Dengan jengah Aries membuka amplop dan mengeluarkan isinya. Dia tersentak dengan foto tambahan di sana.
Ada foto Lila di dalamnya. Foto itu bukan foto biasa. Tapi foto panas Lila dengan Alex di ranjang yang terlihat sangat mesra. Dan itu membakar hati Aries yang melihatnya. Pikirannya campur aduk sekarang antara masalahnya sendiri ditambah dengan masalah Orion. Dia tidak menyangka saja Orion bisa mendapatkan foto panas Lila di ranjang.
"Pantas saja, kenapa dia mendesak untuk terus membuka amplop ini." Aries marah dan membanting kasar foto Lila di meja.
Aries beranjak dari duduknya. Meski hatinya nyeri sekarang setelah melihat foto tersebut, namun dia tidak akan merubah pendiriannya. Dia pun mengangkat dagang telepon yang ada di meja kemudian menelepon pekerjanya di sini.
"Masuk ke ruanganku dan kirim foto ke percetakan undangan. Usahakan minggu depan sudah jadi."
"Baik, Bos."