Sudah sepekan berlalu pasca peristiwa tidak mengenakkan yang sempat terjadi saat perayaan ulang tahun ibunda Alshad. Walau raga Airin berada nyata di rumah sakit, tapi pikirannya masih melayang jauh tertinggal dalam insiden tidak mengenakkan itu. Sudah berkali-kali Vennia menghibur. Meminta Airin melupa dan fokus saja untuk terus menjalin hubungannya dengan Alshad tanpa perlu berpikir macam-macam. Tapi, namanya Airin, terkadang keras kepala juga kalau diberi tahu. "Nggak usah menyusahkan diri sendiri, Rin." Vennia bersungut-sungut. Tiga puluh menit sebelum waktunya pulang, perempuan itu kembali menegur Airin. Mengingatkan agar menyudahi kecemasan serta kegundahan yang melanda pikiran sahabatnya saat ini. "Mau gimana lagi. Namanya aku khawatir." Vennia berdecak. Gemas sendiri melihat t