Malam itu mendung berat menggantung di atas kota. Lampu-lampu jalanan Jakarta seperti bintang yang malas bersinar, dibalut kabut tipis dan udara lembap. Di seberang gedung tua tempat Violet berdiri, Hotel Orchid menjulang dengan kaca-kaca gelap yang memantulkan lampu kota seperti mata-mata yang diam-diam mengawasi. Violet merebahkan tubuhnya di atap bangunan tua, menyatukan napasnya dengan malam. Angin pelan menyentuh pipinya, sementara monoscope di depannya menyorot lurus ke kamar ke-8, lantai 15. Tirai belum tertutup. Cahaya kuning keemasan menyemburat keluar, cukup bagi Violet untuk mengenali siluet target. Bukan orang penting. Bukan jenderal. Hanya salah satu penghubung lama dari pihak Aruna yang harus dibungkam. Dia adalah Harith. Seorang politisi tua yang dulu membantu Aruna

