Menyembuhkan Bulan

1094 Kata
Setelah mendapat surat izin Brenda memutuskan langsung pergi ke istana kerajaan. Letaknya sangat jauh. Untung dia bisa teleportasi. Kalau tidak sudahlah pasti ribet dan melelahkan. Brenda memutuskan pergi sendiri, karena kalo mengajak teman-temannya bukannya diantar pasti dia malah di caci maki. "Ini ya istananya?" kagum Brenda menatap bangunan super megah di hadapan nya. Bangunan berwarna putih gading dengan banyak warlock(penjaga) di depan dan sudah bisa ditebak jika di dalamnya terdapat lebih banyak lagi. Huft ... dasar kaum bangsawan. Apalah daya dirinya yang hanya rakyat jelata ini. "Ada apa?" tembak langsung salah satu warlock yang melihat kedatangan Brenda. Brenda menatapnya sejenak. Wah ganteng juga, semua warlock di istana ini bertubuh tegap atletis dengan sorot mata tajam merah nya, khas warlock. Sungguh Brenda pasti betah jika hanya berdiam di istana ini seharian. 'Aish .. mulai konslet lagi kan. Fokus Brenda.' Batin Brenda menyadarkan otak ngeresnya. "Em .. saya diutus Ratu Lia." Jawab Brenda kikuk. Warlock itu mengangguk kecil lalu memanggil salah satu temannya dan membisikkan sesuatu, entah apa. Dan temannya itu pun tak lama menghilang, sepertinya berteleportasi. "Tunggu sebentar." Katanya datar. Dasar flat face. Brenda bisa menebak jika sebagian besar warlock di istana ini pasti masih jomblo karna sifat nya itu. Wajah doang ganteng tapi sifat kayak es batu balok. Dingin dan keras! Tidak lama orang yang menghilang itu muncul dan membisikkan sesuatu kepada warlock yang menjaga Brenda tadi. Akhirnya .... Brenda sudah bosan menunggu daritadi. Padahal mah aslinya sebentar. "Kamu boleh masuk." Ujarnya. Brenda mengangguk. "Saya permisi kalo begitu." Pamitnya sopan, gini-gini Brenda masih punya sopan santun, jika lawannya baik Brenda juga akan sopan, namun jika lawannya jahat Brenda tidak akan segan menghabisinya. "Saya antar." Brenda tidak menjawab dan hanya mengikuti dalam diam. Brenda mengamati setiap jalan yang dilaluinya. Ini sungguh yang namanya istana, meskipun Brenda pernah diceritakan oleh Ayahnya dulu tapi ketika melihatnya langsung rasanya jauh berbeda, istana ini lebih indah daripada bayangannya. Karpet merah muda membentang dari pintu utama, terlihat ribuan pelayan yang mondar mandir mengerjakan tugasnya. Lampu kristal putih megah yang bertengger di atap, dan figura yang besarnya menutupi tembok. Wow ... apakah salah jika Brenda terlihat norak begini? "Brenda!" panggil Ratu Lia terlihat sumringah melihat kedatangannya. Brenda berjalan memasuki kamar yang ukurannya tidak wajar ini, berjalan mendekati Ratu Lia. Di belakang Ratu Lia terdapat sekitar 10 dayang, dan di depan pintu tadi ada sekitar 5 warlock yang berjaga. Ini kamar atau penjara? Batinnya agak sangsi. "Ratu." Hormat Brenda sopan. "Sudah cepat sembuhkan Adikku!" Brenda menoleh kearah suara sinis itu, disana terlihat Bintang yang sedang menatapnya kesal. Minta tolong gak ikhlas, heh ... tanpa dirinya Adikmu pasti sudah mati tau! "Bintang, kamu harus sopan!" peringat Lia tegas membuat Bintang langsung merengut. Brenda menghiraukan perdebatan unfaedah itu lalu berjalan mendekati Bulan yang dijaga 3 alchemist(dokter sihir). Wajah Bulan tampak pucat pasi dan tubuhnya sedikit kurus. Sangat menyedihkan. Brenda baru ingat, kemana warlock yang mengantarnya tadi? Sudahlah Brenda menggeleng kecil. Kenapa dipikirannya hanya cowok terus coba. "Brenda kamu bisa menyembuhkannya, kan?" tanya Ratu Lia harap cemas mendekati Bulan lalu mengelus rambutnya. "Iya." Brenda bisa melihat dayang, warlock, dan alchemist di ruangan itu memandangnya tidak percaya. Ya jelas gak percaya karena 3 alchemist kerajaan saja tidak bisa menyembuhkannya apalagi Brenda yang notabenya masih sekolah. BTW Brenda masih menggunakan jubah Akademegicial sekarang. Brenda berjalan mendekat lalu memandang Bulan intens. "Hey! Kamu mau menyembuhkan Adikku atau hanya menatapnya saja!" sentak Bintang tak sabaran. Brenda menggeram. "Bisa tidak kamu diam!" bentak Brenda tidak kalah ketus. Bahkan warlock penjaga sampai menatap waspada pada Brenda. Wohoho santai Bung .... meski diserang satu istana pun Brenda gak takut. Melihat gelagat aneh Brenda dan Bintang Ratu Lia pun melerainya. Huft ... Brenda akan cepat menyelesaikannya lalu segera pergi dari sini. Brenda mengangkat tangan kanan nya lalu mengeluarkan elemen api nya. Berwarna hitam pekat dengan sedikit keunguan di pucuknya. Api abadi. Dayang dan alchemist di sekitar Brenda bahkan sampai mundur dan warlock mulai mendekati Brenda untuk menjaganya. Atau mungkin mewaspadainya. Bum! "BRENDA!" pekik Bintang melotot marah. Brenda mengarahkan api nya kearah Bulan membuat tubuh Bulan berjengkit sekilas. Lalu Brenda meredamnya cepat. "Apa yang kamu lakukan pada Bulan?!" Ratu Lia terlihat murka. Warlock yang menjaga Bulan tadi sekarang sudah mengerubungi Brenda. Pasti untuk berjaga-jaga. Brenda diam saja. Toh ntar juga pasti diam sendiri. "Enghh..." Suara lenguhan itu mengambil atensi utama semua orang. Ratu Lia sampai meneteskan air mata nya lalu memeluk Bulan yang mulai membuka mata nya. Bintang juga langsung berlari memeluk Ibu dan Adiknya. Tadi aja gayanya sok belagu, sekarang menye-menye! "Bunda..." lirih Bulan serak. "Iya sayang, ada yang sakit?" tanya Ratu Lia begitu khawatir. Bulan menggeleng lalu saat itu juga pandangannya tak sengaja menatap kearah Brenda. "Kenapa kamu disini?!" bentak Bulan yang sudah beringsut duduk. Brenda memandangnya datar. Sudah dia duga bocah ini tidak punya rasa terimakasih. "Dia yang menyembuhkanmu sayang." Kata Ratu Lia tidak enak pada Brenda. Bulan memandang Brenda murka. "Dia yang sudah buat aku begini!" pekiknya marah. "TANGKAP DAN PENJARAKAN DIA!!!" teriak Bulan menggelegar bahkan banyak warlock yang berdatangan sebab mendengar teriakannya. HEBAT! Apakah begini ucapan terimakasih yang diterimanya, lihatlah semua warlock itu sudah mengepung Brenda dan menodongkan pedang kearahnya. Brenda berdecih sinis. Benar kata Ibu nya bahwa semua manusia itu busuk. Diberi air s**u dibalas ketuba. Sial! Brenda sangat kesal. "Bulan, tapi Brenda yang menyembuhkanmu." Ratu Lia mencoba menenangkannya. Bulan nampak tidak mau tau. "AKU TIDAK MAU TAHU, POKOKNYA DIA HARUS DIPENJARA!!!" teriak Bulan lagi. "TUNGGU APA LAGI, CEPAT TANGKAP DIA!!" kali ini Bintang ikut menyahuti. Para warlock itu mulai mendekati Brenda dan memegang tangannya. Heh .... mau menangkap Brenda, hm? Brenda tersenyum tipis, kalian pikir kalian bisa membawa dirinya dengan mudah. Jangan harap! Brenda mengeluarkan elemen apinya untuk membungkus tubuhnya. Para warlock itu langsung mundur serentak dan mengambil ancang-ancang siaga. Brenda memandang bengis Bulan. Apa salah jika dia murka kepadanya setelah diperlakukan begini. "Dasar tidak tau terimakasih!" Sinis Brenda. "CEPAT TANGKAP DIA!!" teriak Bulan makin tak sabaran. Salah satu warlock itu mengikat kaki Brenda dengan tanah lalu menubrukannya ke tembok dengan keras. Api di tubuh Brenda seketika padam karena syok. Brenda tau jika warlock di istana ini komplit, ada elemen tanah, api, air, dan angin. Tapi Brenda juga tidak akan mau kalah. Saat akan berdiri tubuhnya tiba-tiba tidak bisa bergerak karna diikat dengan ilmu 'mengikat tubuh'. Lalu dihantamkan badai air keras, Brenda yang belum siap langsung merasakan tulang tubuhnya serasa mau copot. Sial sial sial Brenda semakin murka. "KALIAN AKAN MENYESAL!!" teriak Brenda bersumpah dengan sangat emosi. Tubuhnya langsung terbebas saat Brenda mengeluarkan kekuatannya paling besar, lalu gadis itu memandang tajam musuh-musuhnya. 'Oke start in the game.' Batinya menyeringai. *** TBC.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN