Babak Penyisihan

1148 Kata
Brenda, Resa, Bia, dan Megi sekarang sudah berpencar menuju ruangan penyisihan mereka masing-masing. "Habis tes langsung ke kantin, ya!" perintah Resa yang diangguki semuanya. Dan mereka berempat pun masuk ke ruangan nya masing-masing. Brenda berjalan tenang menuju ruanganya, toh ngapain harus tegang orang udah pasti menang. Brenda tidak mau sombong tapi dia kan sage dan kemungkinan kalahnya hampir mustahil. Brenda duduk di kursi menunggu gilirannya, dalam babak penyisihan memang terdapat 5 ruangan dan kebetulan Brenda dengan yang lain terpisah ruangan nya. "Brenda Carolyn kelas 1F dan Natasya Armagenta kelas 2H, silakan maju!" titah salah satu juri menggunakan mic. Brenda menghela napas sebentar lalu mulai melangkah maju, semua orang menatapnya dan itu tak luput dari perhatian Brenda. Dari tatapan semua orang sudah sangat jelas kalau mereka sedang meremehkan nya. Brenda sudah berada di depan dengan Natasya sekarang. Mereka berdua menjadi pusat perhatian. "Kalian bisa mulai pertarungannya sekarang!" perintah salah satu juri memberi arahan. Yang dilihat Brenda sekarang adalah Natasya sedang tersenyum mencemooh menatapnya. Brenda yakin sekali pasti Natasya berpikir Brenda adalah lawan yang mudah, tapi itu salah besar karna Brenda merupakan lawan yang malah harus dihindari aslinya. "Fokus Brenda." Gumam Brenda lalu mulai mengeluarkan tenaga dalamnya. Brenda mengerahkan tenaga dalamnya ke tangan. Lalu mulai menyerang Natasya, gadis itu berusaha tidak mengeluarkan elemen lain kecuali angin karena ia adalah sage maka ia bisa mengeluarkan elemen apapun sesuai keinginannya, namun karena perintah orang tua nya Brenda harus bisa menyembunyikan identitasnya dulu untuk sementara waktu. Ia masih ada misi yang harus diselesaikan. Dalam sekali serangan Natasya langsung terpelanting menabrak tembok sampai retak. WAW .... Brenda tidak menyangka kekuatan sage ternyata sebesar ini. Natasya yang tidak terima pun balas menyerangnya, dan tiba-tiba ada sesuatu yang mengikat kaki Brenda. Ternyata tanah. 'Pengendali tanah rupanya.' Batin Brenda tersenyum. Tiba-tiba tanah yang mengikat kaki nya tadi menghempaskannya keras hingga tubuh Brenda terpelanting jauh dan hampir menubruk lantai ... tapi tidak jadi, karna kalah cepat dengan Brenda yang memusatkan tenaga dalamnya ke perut sehingga dia terbang sekarang. "Huh hampir saja." Gumamnya lalu mulai turun dari udara. Tidak hanya Natasya tapi para juri pun nampak terkesiap takjub campur kaget. Tak menduga reflek Brenda sebagus itu. "Oke, aku harus mengalahkanmu sekarang!" putus Brenda tak ingin main-main lagi, dan kali ini dia langsung mengeluarkan tenaga dalamnya dengan kekuatan penuh lalu diarahkan menuju Natasya. Dan detik berikutnya.... BRAKKK! Natasya sudah dalam keadaan yang mengenaskan, tubuh Natasya terpental sangat jauh menubruk tanah. Bahkan sekarang Natasya sudah dalam keadaan tidak sadarkan diri dengan darah yang mengalir deras di kepala dan lengan nya. Brenda bahkan sampai meringis ngilu, pasti sangat sakit rasanya. "Pemenangnya Brenda Carolyn kelas 1F." Ucap juri lantang, seluruh orang di ruangan itu yang tadi meremehkan nya terlihat begitu tercengang tak percaya. Sebelum Brenda turun, dia dapat melihat tim medis dengan sigap mengangkat tubuh Natasya. "Semoga dia baik-baik saja." Doa Brenda tulus. ::::::::::::::::::::: Di kantin. "Huwaaa aku kalah, udah aku duga sih sebelumnya tapi tetap aja sedih. HUWAA!!" teriak Bia histeris, Resa langsung membungkam mulut Bia karena sangat memalukan pikirnya. "Diem gak, malu-maluin aja sih!" kesal Resa dan Bia sudah mulai tenang saat ini. "Kamu Gi, gimana?" tanya Resa menatap Megi yang saat ini sedang membaca. Megi mengalihkan pandangannya dari novel yang ia baca, menatap Resa lurus. "Menang." Ucapnya datar. Mereka bertiga mengucapkan selamat kepada Megi meski mereka dari awal sudah yakin kalau Megi pasti menang. "Kamu Bren, gimana?" giliran mereka menatap Brenda. Brenda tersenyum sumringah. "Aku menang!" serunya senang. "Whoaa hebat!" histeris Bia, sepertinya mode sedihnya tadi udah off. "Selamat." Ucap Megi dengan senyuman samar. "Aku udah yakin dari awal pasti kamu menang." Puji Resa ikut bahagia. "Kalo kamu sendiri, Re?" tanya Brenda balik. Resa menjawab. "Aku juga menang!" serunya tak kalah semangat. "Yah ... disini cuma aku doang yang kalah." Kesal Bia mencuatkan bibir. "Udah lah gak papa, menang kalah udah biasa." Hibur Resa yang diangguki Bia. "Eh eh, tau gak tadi katanya Bulan menang." Ucap Resa, mulai nih mode gibahnya. Megi dan Bia hanya mengangguk kecil. "Iya, ih apalagi tuh tadi aku liat sendiri pertarungannya karena kebetulan seruangan denganku." Ujar Bia mulai bercerita. Mereka menatap Bia, "trus-trus?!" tanya Resa heboh. Bia meringis. "Gila parah, sumpah keliatannya Bulan emang anggun, kalem, eh ... pas udah tarung ck ck!" Bia berdecak sambil menggeleng-geleng. "Apaan, jangan bikin kepo deh!" kesal Brenda karena sudah penasaran tingkat dewa. "Kejam banget. Lawannya yang udah tepar aja tetep di serang, iiiiih serem deh pokoknya. Kalo kalian liat Bulan pasti ngeri sendiri. Dia kayak gak punya rasa kasihan." Lanjut Bia serius. Megi menutup novelnya lalu menyeruput minumanya tenang. "lni kan emang pertarungan, jadi kalo kasihan ya kalah lah kita." Ucap megi kurang setuju pendapat Bia. "Iiih tapikan ngeri!" balas Bia ngotot. Dan Megi hanya menggumam tidak peduli, toh Bia suka ngeyel. ::::::::::::::::::: Keesokan harinya. Megi, Brenda, dan Resa sudah berada dalam satu ruangan. Bia tidak ikut karena dia tidak lolos babak penyisihan. Di dalam ruangan ini hanya ada siswa yang lolos babak penyisihan kemarin, dan mereka berkumpul karena akan diberi tugas selanjutnya oleh juri. "Jadi kalian saya kumpulkan karna akan saya berikan tugas, dan yang bisa melewatinya maka akan lolos babak final. Namun kalau gagal maka kalian akan gugur." Jelas juri tersebut yang berdiri di podium depan sambil menatap para pemenang babak penyisihan. "Duh apaan yah tugasnya?" tanya Resa berbisik dan hanya mendapat gelengan dari Brenda dan Megi. Lagian mereka kan sama-sama gak tau, masih aja tanya. "Kalian harus masuk hutan terlarang dan mengambil gulungan kecil yang kami sembunyikan disana, hanya ada 4 gulungan maka yang tercepat dan terkuat saja yang akan lolos." Jelasnya lagi. Dan semua siswa di ruangan itu tampak pucat pasi. "Hah?! Gak salah denger aku?!" "Gila gak sih!!" "Tugas macam apa ini!!" "Hutan terlarang kan bahaya banget!" Dan lain sebagainya. Semuanya tampak sibuk berdebat dengan pikiran mereka masing-masing. "DIAM!" bentak Bu Sisi yang memang menjadi salah satu juri disana. Dan seketika ruangan pun jadi hening. Juri yang menjelaskan dari awal tadi tampak maju hendak memberi lanjutan nya. "Kalian tidak perlu khawatir, meski terluka namun kalian tidak akan sampai meninggal. Karena kalian akan langsung di tangani tim medis kalau sampai cedera parah." Para siswa mulai tenang. "Disana akan banyak binatang buas, namun satu hal yang harus kalian ingat bahwa disana adalah hutan terlarang, jadi hewan disana pun penuh sihir. Jadi saya sarankan untuk lebih waspada, jangan lengah—" Para siswa yang tenang kembali memucat. "Karena hanya terdapat 4 gulungan maka kalian boleh rebutan jikalau ternyata kalian menemukannya bersama. Kalian boleh bertarung, untuk itu kalau kalian sudah mendapatkannya cepat keluar dari hutan agar tidak mendapat resiko kehilangan gulungan itu. Maka hanya akan ada 4 siswa terbaik yang lolos dalam babak ini." Dan itu merupakan akhir penjelasan nya. Para murid sudah nampak frustasi duluan membayangkan nasib mereka. Misi kali ini benar-benar gila! "Kalian boleh balik ke kamar karena tugas ini akan dilakukan besok!" perintah Bu Sisi, dan semua siswa pun nampak keluar ruangan dengan tampang lesunya. Besok adalah hari yang sangat penting! *** TBC.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN