Keesokan harinya.
Ken mulai bekerja di rumah keluarga Haires. Ia membawa tas besar yang berisi semua keperluannya untuk timggal di sana. Keluarga Haires meminta Ken untuk tinggal di rumah besar tersebut. Sebenarnya keluarga Haires memang memerintahkan untuk seluruh asisten serta body guard agar menetap di rumah tersebut. Mereka tidak diizinkan pulang terkecuali ada urusan yang penting.
Pagi ini Alexa tidak ada jam kampus, ia sedang duduk di lobby lantai dasar rumahnya sembari bermain laptop. Alexa menyadari kehadiran Ken, Ken terlihat sedang menunggu seseorang, ia melihatnya dari pintu kaca. Karena penasaran, Alexa pun menghampirinya.
"Hai, Ken. Selamat pagi." kata Alexa ramah.
"Eh, Nona. Selamat pagi kembali." jawab Ken.
"Kau sudah siap kan untuk bekerja?"
"Tentu saja saya siap, Nona. Saya tengah menunggu pimpinan Security. Kemarin ia bilang bahwa saya harus menunggu di sini sebelum ia mengantarkan saya ke ruangan untuk saya tinggali."
"Sepertinya ia sedang tidak berada di sini, bagaimana kalau aku yang mengantarkanmu? Aku juga tahu dimana tempatnya." kata Alexa menawarkan bantuan.
"Tidak perlu, Nona."
"Ah, tidak apa-apa! Kau sama sekali tidak merepotkanku! Kau kan' sudah menemukan ponselku. Sekarang giliran aku yang membantumu."
Akhirnya Ken menyetujuinya, Alexa pun mengantarkan Ken ke sebuah ruangan yang akan menjadi tempat tinggalnya. Ken tidak menyangka jika Alexa sebaik itu padanya. Ya, begitulah Alexa. Ia akan baik kepada seseorang jika seseorang itu juga baik padanya. Seperti timbal balik kebaikan.
***
Sekarang, Alexa tengah berada di belakang rumahnya. Ia tengah duduk sembari memasukkan air ke dalam kolam berenang.
Di saat ia sedang menikmati waktu santainya, Mami Key yakni asistennya datang menghampiri Alexa.
"Nona Alexa!"
"Eh, kau? Sini Mami Key duduk di sampingku! Tenggelamkan kakimu ke air ini. Air kolam berenangnya sangat dingin dan menyejukkan." kata Alexa ramah.
"Tidak, Nona."
"Baiklah."
"Nona,"
"Iya?"
"Sebenarnya ada yang ingin saya bicarakan kepada Nona."
"Bicara? Katakan saja, Mami Key. Kau bisa berbicara apa saja padaku. Kau kan asisten terbaikku."
"Terima kasih Nona, atas pujiannya. Saya merasa tersanjung bila nona menanggap saya demikian."
"Tentu saja, apa yang mau kau bicarakan padaku memangnya?"
"Maaf, Nona. Sepertinya untuk besok dan seminggu ke depan atau bahkan selamanya saya tidak bisa membantu segala aktivitas, Nona Alexa lagi." ujar asisten Alexa yang membuat Alexa bingung saat mendengarnya.
"Apa yang kau maksud? Mengapa kau berbicara seperti itu kepadaku? Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan." balas Alexa merasa aneh dengan perkataan yang dilontarkan Mami Key, asistennya tersebut.
"Maaf, Nona. Saya sudah mengambil keputusan dan memikirkannya matang-matang bahwa saya harus meninggalkan rumah ini dikarenakan adik saya sedang sakit dan membutuhkan asuhan saya sebagai kakaknya. Jadi, saya tidak bisa membantu Nona Alexa mempersiapkan segala persiapan Nona, maafkan saya, Nona. Saya merasa menjadi orang jahat di sini. Padahal keluarga inilah yang mau mengangkat saya menjadi asisten dari keluarga terpandang Haires." jelas Mami Key.
"Astaga, kenapa kau malah meminta maaf kepadaku? Jika memang benar adikmu sedang sakit tidak apa-apa Mami Key. Aku akan mengikhlaskanmu untuk pergi meski sebenarnya aku tak rela dengan kepergianmu," ucap Alexa sendu, "kau adalah orang yang kupercayai, Mami Key. Jika aku lelah terkadang kaulah penopang lelahku. Kau selalu mau mendengarkannya bercerita panjang lebar padahal isi ceritanya tidak terlalu penting."
"Saya merasa bahagia bila Nona Alexa selalu mengingat saya. Tapi apa boleh buat, Nona? Mungkin karier saya di keluarga Haires memang ditakdirkan untuk berhenti sampai di sini saja. Sejujurnya saya sangat sedih dan tak mau berpisah dari keluarga ini, namun Tuhan sudah mentakdirkan apa boleh buat?"
"Kau benar, Mami Key. Manusia yang menginginkan akan tetapi Tuhan pula yang menentukan. Tak apa, aku ikhlaskan kau pergi tapi kau jangan lupakan aku ya. Kalau bisa kau mengirimkan pesan padaku atau meneleponku agar kita masih bisa saling bertukar kabar, Mami Key." kata Alexa kepada asistennya.
"Tenang saja, Nona Alexa. Sesampainya di sana aku akan mengirimimu pesan dan menyempatkan waktu untuk selalu menanyakan kabarmu dan bagaimana hari-harimu agar kau tidak merasa kehilanganku."
"Ya ampun kau benar-benar sosok manusia berhati baik! Aku tidak pernah menyesal mengenalmu, Mami Key! Kau selalu mengerti perasaan dan moodku kapanpun itu!" Alexa pun memeluk Mami Key sebagai tanda perpisahan mereka.
Setelah bertahun-tahun hidup dan diasuh oleh Mami Key, akhirnya ada saatnya pula untuk Mami Key pulang. Mami Key tidak akan menemani Alexa di setiap aktivitasnya kembali karena adik dari Mami Key tengah sakit dan memerlukan Mami Key untuk merawatnya. Alexa tak boleh egois.
Sedekat-dekat apapun kita pada seseorang, jika keluarga jauhnya membutuhkan bantuan kita harus siap pergi menemuinya dan berpamitan kepada seseorang terdekat kita. Karena pada sejatinya, keluarga tetaplah rumah untuk berpulang. Bukan orang lain yang menjadi rumah persinggahan semata.
"Sebagai permintaan maafku karena mengundurkan diri aku akan membantumu untuk mendapatkan asisten baru yang menurutku kriterianya seperti tipe sifat seseorang yang kau sukai, Nona Alexa." ujar Mami Key.
"Ya ampun, kau tidak perlu menceraikannya. Aku akan mencari asisten yang lain."
"Ah, kau tidak perlu repot-repot mencari asisten lain, Nona! Aku sudah menemukannya untukmu sebagai permintaan maafku karena mengundurkan diri."
Mendengar bahwa Mami Key telah menemukan sosok asisten pengganti untuk Alexa, Alexa pun semakin penasaran. Rasa ingin tahunya seketika bergejolak hebat penasaran dengan orang yang Mami Key bicarakan.
"Kau telah menemukannya? Siapa orangnya? Apa aku mengenalnya?" tanya Alexa dengan runtutan pertanyaannya yang panjang.
"Ken Devian, Nona." jelas Mami Key.
"Apa? Ken?"
"Iya, Nona. Seseorang yang menemukan ponselmu itu."
"Bukankah Ken bekerja sebagai Security?"
"Tenang saja, Nona. Aku telah membicarakan hal itu pada Ken serta kedua orang tuamu. Ken akan memiliki dua pekerjaan sekarang. Yang pertama menjadi Security dan yang kedua menjadi asistenmu."
"Apa kata mereka?"
"Mereka semua menyetujuinya."
"Kenapa kau memilih Ken untuk menggantikan kau sebagai asisten pribadiku?" tanya Alexa masih bingung.
"Karena menurutku, Ken adalah sosok yang mungkin bisa menemani dan membantumu dalam menjalankan aktivitas seperti bagaimana aku membantumu, Nona. Maka dari itu aku memilik Ken untuk menjadi asistenmu."
jelas Mami Key, sementara Alexa membalasnya dengan anggukan bahwa ia mengerti dengan topik yang sedang Mami Key bicarakan.
"Ya, walaupun dia belum lama bekerja di sini namun aku sudah dapat melihat hasil pekerjaannya yang baik."
"Baiklah, kalau begitu."
"Kau tak perlu cemas dan khawatir, Nona dengan skill yang Ken miliki."
"Kenapa begitu?"
"Karena aku telah memberitahu dia tentang kegiatanmu yang terkadang memerlukan bantuan asisten. Dia bilang bahwa ia siap bekerja untukmu."
"Ya ampun, kau sangat baik sekali padaku, Mami Key. Kau benar-benar hebat! Aku jadi tidak tega melepas kepergianmu!"
"Tidak apa-apa, Nona. Bagiku ini sudah menjadi tanggung jawabku karena telah lama bekerja di sini. Aku yang pergi, aku juga yang harus bertanggung jawab perihal asisten baru untukmu. Karena aku ingin yang terbaik untukmu, Nona Alexa."
Mendengar perkataan Mami Key yang terdengar menyedihkan dan menyentuh hatinya tersebut, Alexa pun mempererat pelukannya kepada seorang wanita yang selama bertahun-tahun telah mengabdi kepada dirinya. Ia sangat sedih dengan perpisahan itu. Ingin rasanya Alexa mengulur waktu agar memperlambat kepergian Mami Key dari rumah keluarga Haires, namun tentu saja hal itu tidak akan mungkin dapat terjadi seperti di fiksi
"Terima kasih Mami Key atas semua jasa yang pernah kau berikan padaku. Aku harap kita dapat bertemu lagi di lain waktu. Aku menyayangimu."
"Me too, Nona."
Alexa dan Mami Key pun terlarut dalam bauran momen kesedihan perpisahan mereka. Mereka yang berpikir bahwa selamanya akan bersama ternyata salah, pada akhirnya semua akan kembali kepada titik takdir yang sudah ditentukan Tuhan. Kita sebagai manusia hanya bisa berserah diri dan mengikuti titik takdir yang telah ditentukan sang maha pencipta.
***