Part 14

1061 Kata
Karena tersulut emosi kepada Alexa, senior tersebut memegang bahu Alexa ingin mendorongnya, namun tentu saja Alexa tidak diam saja. Ia pun ikut membalas perlakuan senior tersebut kepadanya. Akibat kondisi yang sudah tidak kondusif, para mahasiswa maupun mahasiswi yang sedang duduk di gazebo kantin kampus segera datang menghampiri Alexa dan mahasiswi senior tersebut berniat untuk melerai mereka. “Lepaskan, Alexa!” kata salah satu mahasiswa membela Alexa, “kau ini sudah senior tetapi gayamu masih saja melabrak junior dibawahmu! Apakah kau tak malu jika nama baikmu dapat tercoreng karena itu?”  “Ya, benar apa yang dikatakannya! Lagipula juga Alexa sudah berkata bahwa ia tidak mendekati pacarmu! Dasar saja pacarmu yang kegatelan dengan Alexa. Seharusnya kau menjaganya dan memarahi pacarmu bukan malah memarahi Alexa yang jelas-jelas disini ia adalah korban dari perilaku buruk pacarmu itu!” bela mahasiswa yang lainnya. “Hei, kenapa kalian semua malah membela gadis sok cantik ini? Emang ya? Manusia good looking selalu dibela, haha.” “Ya dibela dong tentunya, dia tidak ada salah apa-apa padamu namun malah kau siram dia dengan secangkir cokelat panas. Kau gila?” bela salah satu mahasiswi merasa geram dengan tingkah yang dilakukan senior tersebut. “Apa katamu? Tidak ada salah katamu? Jelas-jelas aku yang melihatnya tadi malam saat dia dekat-dekat dengan pacarku namun aku tak berani mendekatinya, aku lebih mememilih esok hari karena ingin membongkar kedok dari gadis sok cantik ini kepada kalian. Akan tetapi kalian malah menyalahkan aku. Kalian gila apa? Apakah kalian tidak lihat sendiri bagaimana melakukannya?” “Aku tidak mendekati pacarmu! Pacarmu yang mendekati aku sudah kubilang berapa kali? Kau jangan asal fitnah ya!” Alexa membela diri. Tentu saja mahasiswi dan mahasiswa lain banyak yang membela Alexa sampai akhirnya Amara datang dan terkejut saat melihat Alexa dengan keadaan yang berantakan. “Astaga, Alexa? Kau kenapa? Ya ampun, maafkan aku telat datang.” kata Amara. Alexa pun menceritakan semua kejadian tersebut kepada Amara. Mulai dari senior itu yang menuduhnya ingin merebut pacarnya, dan juga tragedi dari kepala Alexa yang tiba-tiba disiram cokelat panas oleh senior mahasiswi yang kehilangan akal karena cemburu pacarnya mendekati Alexa. Amara tak habis pikir dengan senior tersebut. Tak henti-hentinya Amara membela Alexa dan mencaci maki senior itu. Walaupun gelar Amara masih junior daripada senior yang sudah lama menetap di kampus. Amara sama sekali tidak takut ataupun malu jika geng senior mahasiswi melabraknya ataupun mengeroyoknya. Yang terpenting sekarang adalah keselamatan Alexa, temannya. Tiba-tiba saja di saat yang demikian, seorang dosen yang memang sedang ingin ke gazebo kampus datang menghampiri para mahasiswa dan mahasiswi yang tengah berkerumun di dalam gazebo. Ia pun meminta untuk seluruh mahasiswa dan mahasiswi yang berada di sana agar pergi. Dosen tersebut akhirnya membawa senior itu ke ruangannya serta Alexa yang akan menjadi saksi. *** Sesudah keluar dari ruangan dosen, Alexa bernapas lega karena senior tersebut dikenakan sanksi agar tidak masuk kuliah selama tiga bulan lamanya. Alexa juga sudah mengganti pakaiannya dan membersihkan tubuhnya. Untung saja ia membawa baju ganti serta perawatan tubuh lainnya di dalam tasnya yang menjadikannya dapat memakainya dimanapun dan kapanpun saja. Alexa tidak habis pikir dengan cara kerja otak senior tersebut. Bisa-bisanya ia tiba-tiba datang dan memarahinya serta menyiram kepalanya dengan cokelat panas. Oh, ya, tak lupa senior tersebut mencap Alexa adalah gadis gatal. Padahal jelas-jelas pacarnya duluan yang mengganggu Alexa. Ah, entahlah, Alexa benar-benar malas membahas hal yang tidak jelas seperti itu. Ia tidak salah apa-apa namun selalu disalahkan. Apa karena kecantikannya ia menjadi dibenci para senior kampus yang sudah lama menetap di sana? Ternyata menjadi cantik tidak semudah yang ia bayangkan. Meski menjadi cantik banyak dipuji orang lain tetapi tak sedikit pula orang yang iri dengan kecantikan yang kita miliki. Bahkan lebih parahnya lagi ada yang sampai memfitnah serta membalas dendam karena kalah cantik atau kalah saing dengan kita. Padahal jelas-jelas kita tak mau mencari ribut dan juga musuh karena ingin hidup tenang dan damai.  “Astaga, maaf Alexa! Aku tadi sakit perut terus pergi ke toilet. Kau pasti sudah tahu kan aku sedang apa. Lalu tadi dosen kelas kita memanggilku dan menurutku untuk membawakan berkasnya ke gedung fakultas lain. Maka dari itu membutuhkan waktu yang lama. Maaf ya, aku merasa tidak enak hati denganmu.” ucap Amara, sekarang Amara dan Alexa berada di dalam kelas karena pelajaran mata kuliah akan segera dimulai. Alexa menghela napas pelan ia tidak menyalahi Amara sepenuhnya, menurutnya Amara tidak salah karena tidak datang dengan tepat waktu menolongnya. Terkadang tugas dari dosen memang harus kita kerjakan lebih dulu agar kita tidak bermasalah dengan dosen yang meminta kita untuk membantunya. “Tidak apa-apa, Amara. Percayalah padaku, aku benar-benar sudah lebih baik sekarang daripada pasca kejadian tadi. Rambutku juga sudah kubilas dan tidak berbau cokelat panas seperti tadi.” “Aku benar-benar tidak habis pikir dengan senior itu. Bisa-bisanya dia berkata bahwa kau itu sok kecantikan. Apakah ia buta dan tak punya mata? Sudah terlihat jelas bahwa kau sangat cantik dan menjadi primadona di kampus ini. Selain cantik juga kau berasal dari keluarga yang kaya dan terkenal oleh banyak orang.” Amara berceloteh panjang karena kesal dengan senior yang iri hari kepada Alexa. “Entahlah, bukannya aku terlalu percaya diri. Namun aku pikir dia iri kepadaku. Seperti takut kalah saing karena reputasinya menurun setelah aku datang ke kampus ini? Padahal niatku hanya belajar untuk masa depan. Namun ada saja manusia seperti itu.” “Ya ampun, Alexa. Pemikiranmu ternyata  sangat dewasa ya. Kalau boleh aku berpendapat, walaupun kau tidak kuliah tentu saja hidupmu pasti akan makmur karena harta kedua orang tuamu yang banyak itu. Namun kau memilih kuliah untuk masa depanmu yang sebenarnya sudah indah tanpa harus kau berusaha.” “Aku ingin berusaha dengan kerja kerasku sendiri, aku ingin merasakan bagaimana berjuang dan menikmati hasil dari kerja keras yang aku jalani.” ucap Alexa bijak membuat Amara kagum terhadapnya. “Keren! Aku bangga mempunyai teman sepertimu, Alexa!” “Ah, tidak kok biasa saja.” “Oh, ya, Alexa. Sekarang apakah kepalamu masih merasa perih atau sakit karena efek cokelat panas yang dituangkan senior tidak jelas itu? Apakah kau bisa konsentrasi dengan pelajaran ini? Kalau tidak aku akan mengantarkanmu ke ruang kesehatan agar kau dapat beristirahat untuk memulihkan tenagamu.” “Tidak perlu, Amara. Sekarang ini aku sudah merasa lebih baik kok. Mungkin cuma nyeri sedikit sama tapi pasti akan hilang dalam waktu dekat.”  Tepat saat itu juga dosen datang dan mulai mengajar materi yang akan dipelajari hari itu. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN