Part 6

1162 Kata
“Terima kasih, Amara. Kau benar-benar teman yang sangat baik padaku.” ucap Alexa kepada Amara saat Amara telah selesai membantu Alexa meminta tanda tangan sepuluh orang senior di kampus tersebut. “Ah, kau bisa saja. Sama-sama Alexa, tenang saja tidak usah berlebihan seperti itu.” balas Amara. Bertepatan dengan itu, panitia memerintahkan seluruh mahasiswa dan mahasiswi ospek untuk berkumpul ke aula untuk mengumpulkan hasil pekerjaan mereka yang tak lain adalah meminta tanda tangan kepada senior tingkat mereka. *** Hari pertama telah selesai, kini saatnya ospek berlanjut di hari kedua. Hubungan pertemanan Alexa dan Amara kelihatan semakin akrab saja. Hal itu dibuktikan saat mereka pergi selalu bersama-sama. Mereka seperti sahabat sejati padahal baru beberapa hari berkenalan. Mungkin itu yang dinamakan menemukan seseorang yang satu frekuensi dengan kita. Alexa dan Amara juga tak henti-hentinya menceritakan tentang pengalaman hidup mereka masing-masing. Baik pengalaman hidup yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Alexa baru tahu jika Amara adalah seseorang yang suka berbicara banyak tidak seperti dirinya. Amara terlihat sangat supel dan humoris. Wajah Amara juga lumayan cantik. Ia memiliki kelopak mata yang indah dengan bibir yang tipis seperti idol Korea. “Sebenarnya Pengalaman menyenangkanku dan menyedihkanku bergabung menjadi satu, Alexa.” kata Amara bercerita. “Oh, ya?” “Iya, apakah kau mau aku ceritakan?” “Tentu saja, Amara. Aku tidak sabar mendengarkan kau bercerita.” “Dulu saat masih kecil, aku mempunyai seorang teman laki-laki. Dia sangat baik dan sopan. Attitude-nya malah tidak seperti anak laki-laki pada umumnya yang membuat aku kesal karena suka dijahili,” kata Amara bercerita, “lambat laun saat aku berada di dekatnya, aku merasakan sesuatu hal yang berbeda. Kau bisa mengatakannya itu sebuah rasa suka diriku padanya. Hal itu terjadi saat aku memasuki bangku SMP. Menurutku, itu adalah hal yang paling menyenangkan saat aku bisa mengenal orang sepertinya,” “Kau benar-benar sangat beruntung, Amara.” respon Alexa. “Namun sayangnya, saat aku sedang merasakan rasa suka kepada tiba-tiba dia pindah rumah karena keadaan ekonomi yang tidak cukup untuk membayar sewa rumahnya. Aku tidak tahu dia pergi kemana. Dia pergi tiba-tiba tanpa memberitahuku, mungkin ia sengaja melakukannya agar bisa merelakan kepergiannya. Mungkin itu yang menyebabkan kesedihanku. Selama ia pergi dariku, tak ada satupun pria yang dapat membuka hatiku memainkannya.” jelas Amara sembari menghela napasnya pelan. “Apakah dia tahu jika kau mempunyai rasa kepadanya?” tanya Alexa penasaran. “Tidak. Dia tidak tahu jika aku menyukainya. Aku selalu memendam perasaanku karena aku malu jika membicarakan hal itu kepadanya. Aku gengsi, hehehe.” jawab Amara sembari terkekeh kecil. “Aku tersentuh mendengar ceritamu, Amara. Kau adalah sosok gadis yang kuat ya ternyata. Terbukti dari matamu yang menahan untuk mengeluarkan air mata dan malah memilih untuk tersenyum kepadaku.” “Ah, tidak juga kok. Sudah tak apa, Alexa. Tak perlu kau pikirkan. Biarkan saja lagipula itu sudah menjadi bagian dari masa laluku.” “Masa lalu tetap menjadi bagian penting dalam hidupmu, Amara. Tapi aku yakin Amara, suatu saat nanti pasti kau akan dipertemukan oleh teman masa kecilmu itu.” “Aamiin. Aku benar-benar merindukannya.” “Dia juga merindukanmu.” “Ah, kau bisa saja,” ujar Amara sembari terkekeh malu, “oh, ya, kalau kau sendiri bagaimana Alexa tentang pengalaman cintamu?” “Aku tidak pernah b******a. Aku masih polos sejak lahir.” “Hah? Kau serius?” Alexa mengangguk serius, “Iya, serius. Aku tidak pernah dekat dengan pria manapun selain Papa, saudara laki-laki, serta body guard yang menemaniku.” “Wah, keren! Aku kira kau adalah kumpulan play girl!” “Hei? Apakah wajahku terlihat seperti itu?” “Tentu saja, Alexa! Kau mempunyai wajah yang cantik. Orang manapun yang melihatmu tentunya pasti akan mengira kau adalah seorang play girl yang suka bergonta-ganti pasangan.” “Ya ampun, aku tidak seburuk apa yang mereka pikirkan kok.” “Jadi kau belum menemukan first love di hidupmu ya?” “Maybe, yes.” “Aku akan mendoakanmu juga seperti tadi saat kau mendoakanku. Aku yakin tak lama lagi Tuhan akan mendatangkan seseorang yang akan menjadi cinta pertamamu, Alexa.” “Terima kasih atas doamu, Amara. Semoga segala doa baik kita dapat terkabul ya.” “Iya, Alexa.” *** Hari kedua ospek telah selesai, hari ini adalah hari terakhir ospek kampus yang artinya malam ini sudah dapat dipastikan seluruh mahasiswa baru dapat pulang ke rumah mereka masing-masing tanpa harus tidur di kampus lagi. Hari ini juga merupakan pengumuman juara terbaik fashion atau atribut yang dipakai seluruh peserta ospek. Sekarang, Alexa dan Amara tengah duduk di kursi yang telah disediakan oleh pihak kampus. Mereka tengah mendengarkan dengan khidmat siapakah yang akan menjadi juara fashion atribut yang paling meriah dan menjadi yang terbaik dari banyaknya peserta. “Sepertinya kau yang menang, Alexa.” bisik Amara kepada Alexa. “Ah, iyakah?” “Kita lihat saja nanti.” “Baiklah diharapkan seluruh peserta ospek untuk diam tidak bersuara karena di hari terakhir ospek ini, saya akan memberitahu mengenai juara fashion atribut termeriah dan terbaik diantara kalian semua.” kata pembawa acara ospek. Seluruh peserta ospek pun diam. Suasana menjadi sangat hening karena semua penasaran dengan orang yang akan diumumkan panitia. “Baiklah, juara fashion atribut yang terbaik dari seluruh peserta ospek adalah.,” pembawa acara itu menggantungkan ucapannya dan melanjutkan, “Alexa Alamanda Haires! Untuk yang mempunyai nama tersebut silakan maju ke atas panggung.” Mata Alexa membulat seketika itu juga data mengetahui bahwa dirinya memenangkan perlombaan tersebut. “Tuh, kan! Apa aku bilang! Kau pasti yang menang!” ujar Amara, “sudah sana kau naik ke atas panggung dan ambil penghargaan itu. Kalau kau kelamaan nanti malah aku yang mengambilnya.” “Hahaha, baiklah.” Alexa pun naik ke atas panggung untuk mendapatkan penghargaan tersebut. Setelah selesai dan diikuti dengan acara penutupan hari terakhir ospek, akhirnya seluruh peserta ospek dipersilakan untuk pulang. *** Alexa memasuki rumahnya, ia terlihat sangat lelah setelah tiga hari ospek besar-besaran di kampus. Ia langsung segera ke kamarnya untuk beristirahat. Setelah merebahkan tubuhnya di kasur, mata Alexa langsung menutup dan tertidur dengan pulas.   *** Keesokan paginya Alexa tidak berangkat pergi kuliah karena hari libur. Alexa terbangun dari tidurnya. Rasa lelahnya sebenarnya masih ada karena kegiatan ospek kemarin namun ia memaksakan untuk tetap bugar dengan berolahraga sehabis bangun tidur. Sebelum bangun tidur dan memulai olahraga, Alexa ingin mengecek notifikasi dari ponselnya. Tangannya meraba meja nakas di samping tempat tidurnya. Namun Alexa tidak merasakan kehadiran benda tersebut.   Alexa pun berdiri dari posisi tidurnya  dan mulai mencari keberadaan ponselnya tersebut. Dia terlihat sibuk mencarinya. Alexa membuka tasnya tetapi tidak menemukannya. Lalu, Alexa kembali mencari di laci dan tempat tidurnya. Tetapi nihil, ponselnya sama sekali tidak ditemukan.   “Dimana perginya ponselku?” ucap Alexa.   Bukannya Alexa tidak bisa membeli ponsel, keluarganya malah bisa dikatakan sangat mampu membelikan alat komunikasi tersebut. Bahkan untuk membeli seluruh ponsel saja lebih dari cukup. Alexa tidak mau kehilangan ponselnya, karena di dalamnya banyak sekali file dan dokumentasi penting miliknya. Tidak mungkin jika ia dapat mengikhlaskannya.   “Astaga, apa ponselku terjatuh?” ujar Alexa panik. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN